Pusat HAM Nikaragua (CENIDH) menyebut sekitar 1.300 orang juga terluka dalam aksi unjuk rasa, yang kerap berujung bentrokan berdarah dengan aparat keamanan.
"Sekarang sudah seperti pembantaian. Sebuah tragedi kemanusiaan dimana tujuan utamanya adalah mengeliminasi para pemuda yang berpendapat berbeda atau bersikap kritis terhadap pemerintah," tutur petinggi CENIDH, Marlin Sierra, kepada kantor berita AFP, Selasa 5 Juni 2018.
"Bahkan situasi saat ini bisa juga disebut dengan terorisme (yang dilakukan oleh) negara," lanjut dia.
Total korban tewas meliputi seorang anak yang tewas terkena tembakan senjata api di kota Granada. Ia tertembak dalam bentrokan antara pengunjuk rasa anti-pemerintah dengan polisi.
Paus Fransiskus menyerukan adanya dialog damai di Nikaragua. "Saya berdiri bersama saudara-saudara uskup saya di Nikagarua, dan juga turut berduka atas kekerasan yang dilakukan sekelompok orang bersenjata," ujar Fransiskus.
Unjuk rasa di Nikaragua dipicu rencana pemerintah melakukan reformasi pensiun. Meski rencana tersebut sudah ditunda, namun aksi protes tetap berlanjut dan meluas menjadi penentangan penuh terhadap pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News