"Saat Majelis Nasional sudah menentukan, jabatan kedua dan periode terakhir saya sebagai kepala negara akan berakhir. Kuba akan memiliki presiden baru," ujar Castro dalam sesi penutup di gedung parlemen, seperti dilansir AFP, Kamis 21 Desember 2017.
Awalnya Castro dijadwalkan mundur pada Februari tahun depan di bawah sebuah sistem kalender elektoral Kuba. Namun jadwal itu diundur karena adanya badai yang menghantam Kuba pada September.
Penunjukan Presiden Kuba dilakukan Dewan Negara yang beranggotakan 31 orang. Kepala dari Dewan Negara akan otomatis menjadi presiden Kuba.
Namun Dewan Negara harus terlebih dahulu dipilih Majelis Nasional yang beranggotakan 600 orang. Proses pemilihan ini akan berlangsung pada 19 April.
Castro, yang menjadi presiden pada 2008 setelah menjadi pemimpin interim selama dua tahun, telah mengumumkan tidak akan melanjutkan masa kepemimpinannya.
Kepergiannya akan menandai berakhirnya kekuasaan keluarga Castro sejak enam dekade terakhir. Kakaknya, Fidel Castro, meninggal dunia tahun lalu. Ia memimpin Kuba usai merebut kekuasaan pada 1959 sebagai kepala gerakan revolusi.
Meski sudah bukan presiden nantinya, Raul Castro akan tetap menjadi pemimpin Partai Komunis Kuba hingga kongres berikutnya pada 2021.
Sementara itu, kandidat terkuat untuk menggantikan Castro di posisi kepala negara adalah Miguel Diaz-Canel, wakil presiden saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News