"Kematian anjing apapun merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, dikutip dari BBC, Selasa 24 Desember 2019.
September lalu, sebuah laporan AS menyoroti sejumlah kasus penelantaran terhadap lebih dari 100 anjing yang dikirim ke Yordania, Mesir dan delapan negara lainnya. Pengiriman anjing yang telah dilatih di AS merupakan bagian dari program kerja sama melawan terorisme global.
Sejauh ini, Yordania dan Mesir belum berkomentar mengenai keputusan AS menghentikan pengiriman anjing pelacak.
Pengumuman penghentian disampaikan pada Senin 23 Desember. Kemenlu AS menegaskan keputusan ini murni diambil untuk mencegah kematian lebih lanjut.
"Anjing memainkan peranan penting dalam upaya CT (kontra-terorisme) di luar negeri, dan juga dalam menyelamatkan nyawa warga AS," ucap pejabat Kemenlu tersebut.
Ia menambahkan, anjing yang sudah dikirim ke Yordania dan Mesir sebelum adanya pengumuman penghentian akan tetap berada di sana.
Laporan Inspektur Jenderal Kemenlu AS menyebutkan bahwa seekor anjing pelacak di Yordania mati akibat serangan udara panas pada 2017. Sementara dua anjing lainnya "dipulangkan ke AS dalam kondisi kritis."
"Salah satu anjing terpaksa disuntik mati, dan satunya lagi sedang dirawat," tulis laporan tersebut. Ketiga anjing pelacak tersebut merupakan jenis Belgian Malinois.
Satu laporan lanjutan bulan ini menyebutkan bahwa dua anjing lainnya yang dikirim ke Yordania telah mati. Satu anjing mati akibat serangan udara panas, dan satunya lagi akibat terkena insektisida yang disemprotkan polisi.
Sejauh ini, Yordania merupakan negara terbesar penerima anjing pelacak AS, yang jumlahnya berkisar 100 ekor.
Sementara di Mesir, 10 anjing pelacak AS dikabarkan mati akibat kanker paru-paru, kerusakan empedu dan serangan panas sepanjang periode 2018-2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News