Alfredo Romero dari grup hak asasi manusia Fore Penal mengonfirmasi di Twitter bahwa pemerintah memang sudah membebaskan 36 tahanan politik.
Presiden Majelis Konstituante Venezuela, Delcy Rodriguez, mengatakan bahwa Natal adalah "momen rekonsiliasi." Ia berjanji akan membebaskan sisa tahanan lainnya.
Para tahanan politik telah ditangkap dalam serangkaian demonstrasi yang mendesak mundur Presiden Nicolas Maduro. Unjuk rasa massal di Venezuela dimulai pada 2014, di mana 43 orang tewas dalam bentrokan.
Sejak saat itu, unjuk rasa berlanjut secara sporadis dengan total 125 kematian tahun ini.
Dari puluhan tahanan yang dibebaskan terdapat Alfredo Ramos, Wali Kota Irribaren, yang ditangkap pada akhir Juli dan divonis 15 bulan penjara.
"Saya senang atas kebebasan yang saya dapatkan ini," kata Ramos kepada para awak media, seperti dilansir AFP.
"Ini merupakan ujian yang sulit. Namun saya tegaskan lagi, ini merupakan penahanan yang tidak adil. Saya tidak melakukan kejahatan apapun," lanjut dia.
Kubu oposisi menuduh Maduro merusak demokrasi di Venezuela dan mendirikan Majelis Konstituante untuk meloloskan sejumlah kebijakannya tanpa kesulitan berarti.
Sebuah grup HAM mencatat tahanan politik di Venezuela berada di angka 268. Namun pemerintah membantah angka tersebut, dan menegaskan mereka yang ditahan terkait dengan aksi kekerasan serta konspirasi pengkhianatan terhadap negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News