Petugas pengamanan di penjara Honduras usai bentrokan yang menewaskan 36 orang. Foto: AFP
Petugas pengamanan di penjara Honduras usai bentrokan yang menewaskan 36 orang. Foto: AFP

Bentrokan di Penjara Honduras Makin Memanas, 36 Orang Tewas

Fajar Nugraha • 23 Desember 2019 19:13
Tegucigalpa: Setidaknya 36 orang tewas dalam bentrokan akhir pekan di penjara Honduras. Korban terus bertambah ketika militer dan polisi berusaha untuk mendapatkan kembali kendali setelah serangkaian pembunuhan terkait dengan geng-geng kriminal yang mengganggu negara itu.
 
Pada Minggu 22 Desember 18 anggota geng tewas dalam bentrokan antara tahanan di penjara El Porvenir, 60 kilometer utara ibukota Tegucigalpa.
 
"Senjata api, pisau, dan parang digunakan dalam bentrokan itu, yang juga menyebabkan 10 orang terluka,” ujar Juru Bicara Pasukan Keamanan Antar Lembaga Nasional (Fusina), Letnan Jose Coello, seperti dikutip AFP, Senin, 23 Desember 2019.

Pada Jumat malam, 18 tahanan tewas dan 16 lainnya cedera dalam penembakan di penjara di kota pelabuhan Tela, barat laut ibu kota.
 
Pembunuhan itu terjadi tak lama setelah Presiden Juan Orlando Hernandez memerintahkan tentara dan polisi pada Selasa untuk mengambil kendali atas 27 penjara negara itu, yang penuh sesak dengan sekitar 21.000 tahanan. Pasukan keamanan kemudian mengatakan mereka mengerahkan sekitar 1.200 militer dan polisi di 18 fasilitas yang diklasifikasikan berisiko tinggi.
 
Hernandez mengumumkan tindakan keras setelah pembunuhan pada 14 Desember terhadap lima anggota geng MS-13 yang ditakuti oleh seorang tahanan di penjara keamanan tinggi di La Tolva, sebelah timur Tegucigalpa.
 
Itu terjadi hanya sehari setelah Pedro Idelfonso Armas, sipir penjara keamanan tinggi utama Honduras di Santa Barbara, El Pozo, ditembak mati di selatan negara itu.
 
Kementerian keamanan telah menangguhkan Armas sesaat sebelum kematiannya, di tengah penyelidikan atas kehadirannya selama pembunuhan 26 Oktober atas Magdaleno Meza. Dia adalah gembong narkoba yang pengakuan dan buku catatannya menghubungkannya dengan saudara laki-laki presiden, Juan Antonio ‘Tony’ Hernandez.
 
Buku rekening Meza digunakan sebagai bukti dalam persidangan Hernandez di New York, yang kemudian dihukum dengan empat tuduhan perdagangan narkoba. Dia menghadapi hukuman seumur hidup pada Januari.
 
Presiden mengutuk hukuman terhadap adik laki-lakinya, dan mengatakan itu didasarkan pada "kesaksian pembunuh yang mengaku."
 
Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan Armas yang berusia 52 tahun itu berbicara dengan Meza ketika penjaga penjara membuka gerbang yang terkunci. Kondisi itu memungkinkan belasan tahanan untuk menusuk dan menikamnya dengan fatal.
 
Dalam pernyataan kepada AFP, pengacara Meza, Carlos Chajtur, secara terbuka menuduh pemerintah telah memerintahkan kliennya untuk dibunuh sebagai pembalasan karena telah berkolaborasi dengan keadilan AS dalam persidangan melawan Hernandez.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan