Dengan lebih dari 90 persen suara yang telah dihitung, Maduro meraup 67,7 persen. Sementara lawan utamanya, Henri Falcon, mendapat 21,2 persen.
Seperti dikutip dari kantor berita AFP, data penghitungan suara disampaikan Kepala Dewan Pemilihan Umum Nasional Venezuela, Tibisay Lucena.
Meski Venezuela dilanda krisis ekonomi dahsyat, Maduro tetap mengincar masa jabatan kedua. Ia tetap melanjutkan pilpres ini meski diboikot oposisi dan juga dikecam sejumlah negara.
Krisis ekonomi di Venezuela memicu hiperinflasi, kekurangan pasokan makanan dan obat-obatan, meningkatnya kejahatan, memburuknya jaringan transportasi dan lainnya.
Beragam hal tersebut sering memicu unjuk rasa berujung bentrokan antara warga dengan aparat keamanan.
Falcon menilai pilpres kali ini tidak sah. "Kami tidak mengakui proses elektoral ini. Tidak pernah ada pilpres. Harus ada pilpres baru di Venezuela," ujar Falcon dalam sebuah konferensi pers, sebelum Maduro dinyatakan menang.
Ia menyebut pilpres baru dapat digelar tahun ini, antara November atau Desember. Selama ini, Venezuela hampir selalu menggelar pemilu di akhir tahun.
Namun pemerintahan Maduro memajukan jadwal pemilu hingga beberapa bulan atas sejumlah alasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News