Atraksi gajah dalam pertunjukan sirkus Ringling Bros pada 19 Maret 2015. (Foto: AFP/ANDREW CABALLERO-REYNOLDS)
Atraksi gajah dalam pertunjukan sirkus Ringling Bros pada 19 Maret 2015. (Foto: AFP/ANDREW CABALLERO-REYNOLDS)

Keliling 146 Tahun, Sirkus Ringling Bros Tutup Layar

Arpan Rahman • 15 Januari 2017 16:50
medcom.id, Ellenton: Setelah 146 tahun terkembang, layar "Pertunjukan Sirkus Terbesar di Muka Bumi" diturunkan. Pemilik sirkus Ringling Bros dan Barnum & Bailey mengatakan kepada Associated Press, atraksi mereka akan ditutup selamanya pada Mei mendatang.
 
Pertunjukan ikonik Amerika ditumbangkan berbagai faktor. Turunnya jumlah penonton dikombinasikan biaya operasi tinggi, serta dibarengi perubahan selera publik dan perseteruan berkepanjangan melawan sejumlah kelompok hak-hak binatang. Semua itu berkontribusi pada penutupan.
 
"Bukan hanya satu hal," kata Kenneth Feld, ketua dan CEO Feld Entertainment. "Ini keputusan yang sangat sulit bagi saya dan seluruh keluarga."

Perusahaan menyampaikan kabar tersebut kepada para karyawan sirkus, Sabtu 14 Januari malam, setelah tampil di Orlando dan Miami.
 
Ringling Bros menggelar dua tur sirkus musim ini dan akan memainkan 30 pertunjukan antara Januari dan Mei. Panggung utamanya, termasuk di Atlanta, Washington, Philadelphia, Boston, dan Brooklyn. Penampilan terakhir akan diadakan di Providence, Rhode Island, pada 7 Mei dan di Uniondale, New York, di Nassau County Coliseum pada 21 Mei.
 
Rombongan sirkus terdiri binatang eksotis, kostum gemerlap, dan akrobat menantang maut, menjadi puncak hiburan di Amerika Serikat (AS) sejak pertengahan 1800-an. Phineas Taylor Barnum menciptakan tontonan keliling populer menampilkan aneka hewan dan polah tingkah keganjilan manusia, sedangkan lima bersaudara Ringling menggelar aksi main sulap dengan bola dan sandiwara di markasnya di Wisconsin. Akhirnya, mereka bergabung dan sirkus modern pun lahir. Rombongan sirkus itu keliling Amerika dengan kereta api, membuat kagum penonton dengan beragam hiburan dan kumpulan binatang eksotis.
 
Tergerus Kemajuan Zaman
 
Selama setengah abad, sirkus tampil rutin, jadi hiburan keluarga yang menyenangkan. Tapi memasuki abad ke-20, anak-anak kurang tertarik. Film, televisi, video game, dan internet lebih memikat hati anak-anak. 
 
"Pesaing yang terpenting adalah waktu," kata Feld, seraya menambahkan bahwa mengangkut rombongan dengan kereta api dan kebiasaan sirkus lainnya -- seperti menyediakan sebuah sekolah berjalan kepada anak-anak-pemain yang mundur ke zaman lain. 
 
"Ada model berbeda, yang tidak bisa kita lihat cara kerjanya di dunia saat ini agar membenarkan dan mengelola harga tiket yang terjangkau," bubuhnya seperti dilansir Associated Press, Minggu (15/1/2017).
 
Keluarga Feld membeli sirkus Ringling pada 1967. Pertunjukannya hanya kurang 3 jam. Dalam sehari, acara berlangsung 2 jam lebih 7 menit, dengan segmen terpanjang -- aksi harimau -- berdurasi 12 menit.
 
"Cobalah mengajak anak berumur 3 atau 4 tahun untuk duduk selama 12 menit," katanya.
 
Feld dan putrinya Juliette Feld, yang menjabat pimpinan operasi perusahaan, mengakui realitas lain yang menyebabkan mereka gulung layar. Salah satu faktor utamanya adalah binatang. Ringling telah dikecam para aktivis yang berseru bahwa memaksa hewan untuk bermain sirkus sebagai perbuatan kejam.
 
Pada Mei 2016, setelah sengketa hukum yang panjang dan mahal, perusahaan menyingkirkan gajah dari pertunjukan dan mengirim sejumlah hewan untuk hidup di sebuah peternakan konservasi di Florida Tengah. Hewan-hewan itu telah menjadi simbol sirkus sejak Barnum membawa gajah Asia bernama Jumbo ke AS pada 1882. Pada 2014, Feld Entertainment memenangkan USD25,2 juta sebagai pembayaran dari berbagai kelompok termasuk Humane Society AS, mengakhiri perkara 14 tahun lebih soal tuduhan bahwa karyawan sirkus menganiaya gajah.
 
Di saat gajah-gajah tersebut dihapus dari pertunjukan, opini publik telah sedikit bergeser. Los Angeles melarang penggunaan kait besi oleh pelatih gajah dan para penjinak, seperti yang dilakukan Oakland, California. Kota Asheville, North Carolina, membatalkan binatang liar atau eksotis tampil di gedung pertunjukan di kota itu.
 
Gajah-Gajah Disingkirkan
 
Penonton telah menurun selama 10 tahun terakhir, kata Juliette Feld, tetapi ketika gajah pergi, terjadi "penurunan dramatis" dalam penjualan tiket. Paradoksnya, sementara sebagian mengatakan tidak ingin hewan-hewan besar tampil di sirkus, banyak orang menolak untuk menyaksikan sirkus tanpa mereka.
 
"Kita sekarang tahu bahwa salah satu alasan utama orang datang menonton Ringling Bros untuk melihat gajah," katanya. "Kami tetap dengan keputusan kami karena tahu itulah keputusan yang tepat. Ini soal apa yang penonton ingin lihat dan itu pasti ditampilkan sebagai peran utama."
 
The Felds mengatakan, hewan yang ada -- singa, harimau, unta, keledai, alpaca, kanguru, dan llamas -- akan dibawa ke habitat yang cocok. Juliette Feld berkata, perusahaan akan terus mengoperasikan Pusat Konservasi Gajah.
 
Sekitar 500 orang bekerja dalam acara tur sirkus tersebut. Sebagian akan ditempatkan di perusahaan lain, pertunjukan laris antara lain seperti Monster Jam, Disney on Ice, dan Marvel Live, tetapi sebagian besar akan keluar dari pekerjaan. Juliette Feld katakan, perusahaan akan membantu karyawan dengan penempatan kerja dan resume. Dalam beberapa kasus di mana seorang karyawan sirkus tinggal di mobil tur rel (dalam perjalanan sirkus dengan kereta api), perusahaan juga akan membantunya dengan relokasi perumahan.
 
Kenneth Feld terlihat emosional saat membahas keputusannya dengan wartawan. Dia mengatakan selama empat bulan ke depan, para penggemar bisa mengucapkan selamat tinggal pada sisa tontonan.
 
Beberapa tahun terakhir, Ringling Bros mencoba tetap relevan, mempekerjakan pemimpin sirkus pertama keturunan Afrika-Amerika, sekaligus pemimpin sirkus perempuan yang pertama, dan juga meluncurkan sebuah aplikasi interaktif. Ia menambahkan, aksi lainnya cukup populer seperti Roda Gila atau pemberani bersepeda motor dan pemain ski es. Tapi tampaknya tidak bisa menyaingi Pokemon Go dan generasi anak-anak yang lebih akrab dengan YouTube.
 
"Kami coba semua yang berbeda untuk melihat apa itu akan menarik, didukung dengan banyak dana juga, dan kami tidak berhasil menemukan solusi," pungkas Kenneth Feld.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan