Meningkatnya ketegangan antar kedua negara dipicu kematian jenderal asal Iran, Qassem Soleimani. Soleimani tewas di tanah Irak dalam sebuah serangan udara AS pada Jumat 3 Januari.
Berbicara dari pesawat kepresidenan, Trump mengatakan sanksi akan dijatuhkan jika Irak meminta pasukan AS pergi secara tidak baik-baik.
"Sanksi yang belum pernah ada sebelumnya akan dijatuhkan. Sanksi tersebut akan membuat sanksi Iran terlihat jauh lebih ringan," kata Trump, dilansir dari BBC, Senin 6 Januari 2020.
Sekitar 5.000 prajurit AS berada di Irak sebagai bagian dari koalisi global dalam melawan kelompok militan Islamic State (ISIS). Minggu 5 Januari, koalisi menghentikan operasi melawan ISIS di Irak. Parlemen Irak kemudian meloloskan sebuah resolusi yang berisi seruan agar pasukan asing pulang ke negara masing-masing.
Resolusi yang bersifat tidak mengikat itu diusulkan blok muslim Syiah di parlemen Irak. Blok tersebut dikenal dekat dengan Iran.
"Kami punya bandara yang sangat mahal di sana (Irak). Biaya pembangunannya miliaran dolar. Kami tidak akan pergi, kecuali jika mereka mau membayar biaya tersebut," kata Trump kepada awak media.
Serangan udara AS di Baghdad pada Jumat lalu juga menewaskan Abu Mahdi al-Muhandis, seorang tokoh militer Irak yang memimpin grup Kataeb Hezbollah. AS menyebut Kataeb Hezbollah adalah dalang dari kematian seorang kontraktor asal Negeri Paman Sam pada Desember lalu.
Sementara itu, ribuan warga Iran memadati wilayah ibu kota dalam mengiringi pemakaman Soleimani. Pemimpin agung Iran Ayatollah Ali Khamenei terlihat menangis saat melaksanakan salat jenazah untuk Soleimani bersama ribuan warga di Universitas Teheran.
Jenazah Soleimani dijadwalkan dimakamkan di kampung halamannya di Kerman pada Selasa ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News