"Dalam pertemuan ini, kedua belah pihak membicarakan persahabatan bersejarah antara kedua negara dan topik internasional yang menjadi kepentingan bersama," ucap seorang penyiar televisi negara Kuba dalam sebuah siaran.
Dikutip dari Newsweek, Senin 27 November 2017, Ri juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez. Kedua menlu ini 'mencela' langkah Amerika Serikat (AS) yang disebutnnya unilateral dan sewenang-wenang.
Kementerian Luar Negeri Kuba juga mengeluarkan pernyataan bahwa kedua menlu menyerukan 'penghormatan terhadap kedaulatan rakyat' dan 'penyelesaian sengketa secara damai'.
Kuba juga meminta AS untuk tidak mencampuri urusan Kim Jong-un, karena Havana dan Pyongyang tidak pernah mengurusi Washington.
Dari pernyataan yang dirilis Kuba ini, semakin memperkuat dugaan bahwa Kuba akan berada di belakang Korut untuk menghadapi Donald Trump.
"Kami sangat menolak daftar (negara sponsor terorisme), sebutan unilateral dan kesewenang-wenangan yang ditetapkan oleh pemerintah AS yang menjadi dasar penerapan tindakan pemaksaan yang bertentangan dengan hukum internasional," kata Rodriguez dalam sebuah pernyataan.
Belum lama ini, Trump menetapkan Korea Utara sebagai negara sponsor terorisme dan memasukkannya di dalam daftar hitam bersama Iran dan Suriah. Keputusan AS ini juga didukung oleh sekutunya yakni Jepang dan Korea Selatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News