Hasil dari pemungutan suara pada Minggu menunjukkan bahwa pemilih setuju dengan marjin hampir dua berbanding satu.
Lenin Moreno, yang merupakan kader Correa sampai menjabat sebagai presiden tahun lalu, memuji hasil tersebut sebagai kemenangan bagi demokrasi Ekuador.
Kedua tokoh itu sempat bertengkar sengit sejak Moreno menjabat tahun lalu.
"Hari-hari konfrontasi sudah berlalu di belakang kita," kata Moreno dalam pidato di televisi dengan didampingi kabinetnya di istana kepresidenan. "Sudah waktunya untuk saling merangkul," cetusnya seperti disitir Guardian, Selasa 6 Februari 2018.
Correa berupaya menunjukkan sikap positif. Ia mengatakan bahwa 36 persen yang pemilih menentang batas waktu menunjukkan bahwa gerakan politiknya tetap paling dominan di Ekuador.
Untuk menang, Moreno sangat bergantung pada aliansi dengan partai oposisi konservatif.
"Ini akan menjadi sangat sulit bagi tokoh biasa-biasa saja seperti Lenin Moreno," ujar Correa mengatakan kepada kantor berita Telesur.
"Satu-satunya yang menyatukan orang-orang ini adalah kebencian mereka terhadap Correa, bukan kecintaan terhadap negara," lanjut dia.
Referendum menjadi semacam tren di sejumlah negara Amerika Latin. Referendum diperlukan untuk mengubah konstitusi yang membiarkan banyak tokoh memimpin untuk jangka waktu lama, bahkan kadang tanpa batas waktu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id