Sejumlah pengamat khawatir pemenang pilpres dapat merusak perjanjian damai saat ini dan juga berpotensi mengganggu model ekonomi ramah pebisnis di Kolombia.
Kandidat unggulan, Ivan Dugue dari sayap kanan, berjanji mengubah beberapa poin dalam perjanjian damai dan memenjarakan sejumlah pemberontak atas tuduhan kejahatan perang.
Sementara kandidat dari sayap kiri, Gustavo Petro, bertekad mengubah kebijakan ekonomi Kolombia dan mendistribusikan kekayaan negara dari orang kaya ke kalangan kurang mampu.
Kandidat lainnya adalah seorang ahli matematika Sergio Fajardo dan mantan wakil presiden German Vargas.
"Pemilu ini akan menentukan nasib Kolombia, dan mungkin akan semakin memecah-belah masyarakat yang dapat berujung pada krisis mendalam," ujar Gregorio Sierra, seorang psikolog di Bogota, seperti dilansir dari Reuters.
"Kemungkinan tersebut sangat mengerikan," lanjut dia.
Jika tidak ada kandidat yang meraih suara lebih dari 50 persen, maka dua teratas akan melaju ke putaran kedua pada 17 Juni.
Pilpres Kolombia kali ini bertepatan dengan krisis keimigrasian dari Venezuela. Kolombia telah meminta dukungan internasional untuk menangani ratusan ribu pengungsi Venezuela.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News