Agensi Perlindungan Sipil Haiti melaporkan Matthew juga membuat 75 orang hilang dan melukai 330 lainnya. Jumlah korban tewas diperkirakan terus bertambah karena banyak wilayah yang sebelumnya tidak dapat dicapai sudah mulai terbuka.
Lebih dari 175.500 warga Haiti masih berlindung di penampungan sementara, yang sebagian besarnya didirikan di sekolah. Kegiatan belajar sekitar 100 ribu siswa pun terpaksa dihentikan.
Presiden interim Jocelerme Privert mengatakan korban badai akan menerima bantuan kemanusiaan, namun ia khawatir situasi tidak akan membaik tanpa adanya rencana rekonstruksi jangka panjang.
"Jika kita terus menyalurkan bantuan makanan ke para korban - tanpa ada langkah lanjutan untuk membuat adanya perputaran uang di daerah terimbas bencana - maka risiko eksodus besar-besaran akan tetap ada," ujar Privert kepada awak media, seperti dikutip AFP.
Privert mengatakan pemerintah Haiti telah mengirim 40 paket besar makanan ke daerah terimbas badai. Bantuan tersebut disebutnya menghabiskan biaya hingga USD400 ribu.

Matthew menghantam Haiti pekan lalu, menghancurkan banyak bangunan dan mencemari sumber air sehingga memicu wabah kolera. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana mengirim satu juta vaksin kolera ke Haiti.
Dua alat penjernih air dari Prancis telah tiba di Haiti untuk menekan penyebaran wabah kolera. Tiap alat dapat memproduksi 250 ribu liter air minum per hari.
Namun jalanan rusak dan buruknya jaringan komunikasi menghambat penyaluran pasokan air bersih ke beberapa area. Masih banyak warga yang harus berjuang sendiri dalam mendapatkan makanan dan air bersih sembari memperbaiki tempat tinggal masing-masing.
PBB mengatakan 1,4 juta warga Haiti membutuhkan bantuan darurat dari komunitas internasional.
Setelah menghantam Haiti pada 4 Oktober, Matthew yang merupakan badai Kategori 4 melanda Amerika Serikat bagian tenggara dan menewaskan sedikitnya 20 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News