medcom.id, Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengecam retorika dari kandidat Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump yang kerap melontarkan ucapan anti-Islam.
Kecaman juga diarahkan oleh Obama kepada Partai Republik yang seenaknya mengeluarkan komentar berbau Islamofobia. Obama sepertinya kesal dengan banyaknya politisi Partai Republik yang bersuara di Twitter dan tampil di acara televisi.
Bagi Obama, mereka ini hanyalah kelompok sayap kanan yang melontarkan ucapan bombastis serta hanya memicu kemarahan, tanpa melakukan apapun untuk mencegah aksi terorisme.
Tewasnya 49 orang di sebuah klub kelompok gay di Orlando, Minggu 12 Juni lalu telah memicu kemarahan dalam pemilu tahun ini. Selama hampir satu tahun, kampanye Pilpres AS 2017 ini dipenuhi dengan debat mengenai senjata, terorisme, seks dan kepercayaan.
.jpg)
Foto: Penghormatan untuk korban penembakan di Orlando/AFP
.jpg)
Foto: Penghormatan untuk korban penembakan di Orlando/AFP
Serangan berdarah itu membuat Trump untuk kembali mengajukan proposal kontroversialnya melarang Muslim masuk ke Amerika Serikat, atas dasar kontra terorisme. Obama pun kembali mengecam rencana Trump.
"Kapan ini akan berhenti. Saya menentang bahasa yang mementahkan imigran dan mengarahkan bahwa komunitas agama selalu berkaitan dengan kekerasan," ujar Obama, seperti dikutip Associated Press, Rabu (15/6/2016).
"Apakah kita akan memperlakukan Muslim Amerika secara berbeda? Apakah kita akan secara khusus mengawasi mereka? Apakah kita akan mulai mendiskriminasi mereka karena kepercayaan yang dianut,?" tutur Obama.
"Semakin sering retorika dan komentar tanpa dasar ini keluar serta jelas siapa yang melontarkannya." imbuh Obama.
Pesan Obama ini diakui oleh calon Presiden AS dari Partai Demokrat Hillary Clinton. Keduanya sempat dijadwalkan untuk berkampanye bersama, tetapi ditunda karena kejadian penembakan ini.
Tetapi mengenai Trump keduanya sepertinya dalam jalur yang sama. Keduanya menggambarkan sosok Trump yang tidak pantas secara mental dan tidak cocok kualifikasi untuk menjadi Preisden AS.
Bukan sebuah strategi
"Kita tidak butuh teori konspirasi. Yang dibutuhkan saat ini adalah kepemimpinan, berpikiran jernih dan langkah konkret karena menghadapi musuh brutal," lanjut Obama.
Trump dan rekannya di Partai Republik kerap menyebutkan Obama bersikap lemah terhadap teror. Terutama penolakan Obama menggunakan istilah 'radikal Islam'.
"Apa yang akan dicapai dengan menggunakan label ini?" tanya Obama.
"Apa yang diubah? Apakah ISIS akan berkurang untuk mencoba membunuh warga Amerika? Apakah akan membentuk sekutu militer lebih besar? Apakah ada strategi militer yang diupayakan?"
"Jawabannya, tidak ada satupun," Obama menuturkan.
"Tidak ada kepentingan dari frase 'radikal Islam'. Itu adalah sebuah pemikiran politik. Bukan sebuah strategi," tegas Obama.
Menurut Obama, penasihatnya mengatakan jika frase itu digunakan maka semua yang telah dilakukan tidak akan berarti lagi.
Obama kembali menyebutkan, perang melawan ISIS yang dilakukan sekutu di Suriah, Irak dan Libya mulai menunjukkan kemenangan. Menurutnya, jumlah para anggota asing ISIS makin terus menurun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News