Seperti dilansir Guardian, media lokal mengindikasikan serangan dilakukan seorang mantan polisi dari unit intelijen negara.
Video di media sosial menunjukkan seorang pria menerbangkan helikopter sambil membentangkan spanduk bertuliskan "Liberty. Pasal 350". Tulisan Mengacu pada sebuah artikel dalam konstitusi Venezuela yang mengizinkan warga negara menyatakan menentang "rezim yang bertentangan dengan nilai-nilai demokratis dan hak asasi manusia."
Insiden terjadi beberapa jam sesudah Maduro memperingatkan bahwa dia dan pendukungnya bersedia mengangkat senjata jika pemerintahannya digulingkan "kekuatan tidak demokratis."
Maduro menyebut kejadian di gedung MA sebagai "tindakan terorisme," dan meminta pendukungnya untuk mengaktifkan "fase baru dalam revolusi" jika sesuatu terjadi pada dirinya.
Berbicara di TV pemerintah, Maduro menyebut kedua granat tidak meledak, dan saat ini pasukan khusus Venezuela sedang memburu "teroris" di balik serangan.
Selain di MA, helikopter juga terbang ke kementerian dalam negeri Venezuela. "Saya menuntut agar MUD (koalisi oposisi) mengutuk serangan kudeta ini," ujar Maduro.
Menurut surat kabar El Nacional, pria yang menerbangkan helikopter itu adalah Oscar Perez, mantan kapten dari badan intelijen Venezuela: CICPC. Dalam sebuah video di media sosial, Perez berbicara di depan kamera dengan dikelilingi empat pria bertopeng yang memegang senapan serbu.
"Warga Venezuela semua, kami berbicara kepada kalian. Kami adalah koalisi militer, polisi dan warga sipil dalam menghadapi pemerintah kriminal ini," ujar Perez.
Perez disebut-sebut pernah bekerja untuk mantan Menteri Dalam Negeri Venezuela, Miguel Rodriguez Torres.
Torres dituduh bekerja sama dengan CIA dan pernah memimpin kampanye melawan Maduro.
Lebih dari 80 orang tewas sejak bentrokan antar pendemo dan pemerintah dimulai pada awal April 2017.

Oscar Perez berbicara di hadapan kamera. (Foto: Instagram/Reuters)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News