Pengumuman Maduro, yang disampaikan ke ribuan pendukungnya di Caracas di Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2017, dilayangkan di tengah bentrokan demonstran dengan aparat keamanan di tempat lain di ibu kota Venezuela.

Bentrokan pendemo dengan petugas di Caracas. (Foto: AFP)
Seperti dilansir AFP, seruan Maduro mempertajam kekhawatiran komunitas global atas kepatuhan Venezuela terhadap demokrasi yang dikhawatirkan memicu konflik sipil.
Oposisi langsung mengecam seruan Maduro dan menyamakannya dengan semacam "kudeta." Mereka mendesak para pengunjuk rasa "memblokade sejumlah ruas jalan" mulai Selasa dan mempersiapkan diri untuk "protes besar-besaran" pada Rabu.
"Para warga, ayo turun ke jalanan!" Anda harus menolak kegilaan ini!" tegas kepala oposisi Henrique Capriles di Twitter.
Pemimpin kongres Venezuela, Julio Borges, mengatakan "apa yang Maduro usulkan di tengah keputusasaannya adalah bahwa Venezuela tidak akan pernah lagi bisa melakukan pemilihan umum langsung dan bebas."

Demonstran memadati jalanan Caracas. (Foto: AFP)
Maduro mengaku menggunakan kekuasaannya sebagai presiden untuk menciptakan majelis konstituen beranggotakan 500 orang yang merepresentasikan "basis kelas pekerja." Ia juga akan mendirikan dewan lokal untuk menulis ulang konstitusi negara tanpa melalui proses di kongres.
Dekrit dibutuhkan, ujar Maduro, untuk "memlokade kudeta fasis" yang dinilainya telah mengancam Venezuela. Ia juga mengulang kembali tuduhannya bahwa gelombang unjuk rasa di Venezuela merupakan konspirasi Amerika Serikat.
Gelombang unjuk rasa terjadi di tengah krisis ekonomi Venezuela. Demonstran mendesak Maduro mundur karena dinilai tidak mampu mengangkat Venezuela dari keterpurukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News