Hernandez mengembuskan napas terakhir setelah sempat dilarikan ke sebuah klinik. Seorang saksi mata mengaku sempat melihat Hernandez berjalan kaki dan bertemu seseorang. Orang yang ditemui Hernandez itu kemudian melepaskan tembakan senjata api ke arahnya.
Organisasi nirlaba Komite Kebebasan Berekspresi (C-Libre) mengatakan bahwa Hernandez adalah kepala sekaligus presenter program "El Pueblo Habla" (Rakyat Berbicara) di stasiun televisi Valle TV.
Seperti dikutip dari AFP, juru bicara Komisioner Nasional Hak Asasi Manusia Julio Velasquez menyebut bahwa sejak 2001, sudah 77 jurnalis dari berbagai kantor berita tewas dibunuh di Honduras. Dia mengklaim 92 persen dari kejahatan yang menimpa awak media di Honduras tidak diusut tuntas, atau bahkan sekadar diinvestigasi.
Honduras dan dua tetangganya, El Salvador dan Guatemala, adalah tiga negara di luar zona konflik yang paling banyak dilanda aksi kekerasan. Ketiga negara itu kerap juga disebut sebagai "Segitiga Utara."
Pada 2008, studi Inter-American Development Bank melaporkan bahwa kota kedua terbesar di Honduras, San Pedro Sula, memiliki angka rata-rata pembunuhan 80 per 100 ribu orang.
Jumlah tersebut 10 hingga 20 kali lebih tinggi dari rata-rata komunitas global.
Pada 2017, seorang jurnalis ditembak mati saat meninggalkan sebuah restoran bersama istri dan anaknya di Veracruz, salah satu negara bagian di Meksiko yang berbahaya bagi awak media. Korban tewas diidentifikasi sebagai Ricardo Monlui Cabrera.
Grup pelindung profesi jurnalis dibentuk di Meksiko pada 2012, setelah sembilan awak media di Veracruz dibunuh dalam sejumlah kasus terpisah. Monlui adalah editor surat kabar bisnis lokal, El Politico, yang biasa menulis kolum mengenai politik dan industri tebu.
Dua bulan sebelumnya, seorang jurnalis di Honduras ditembak mati seseorang tak dikenal. Igor Padilla, reporter untuk jaringan televisi Canal Hable Como Habla (HCH), meninggal dunia akibat terkena banyak tembakan senjata api.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News