Ini merupakan kelanjutan dari gelombang unjuk rasa sejak April lalu untuk mendesak Presiden Nicolas Maduro mundur dari jabatannya.
Gelombang unjuk rasa kian intens setelah Maduro menyerukan agar konstitusi negara ditulis ulang. Seperti dilansir AFP, sebuah "unjuk rasa super besar" dijadwalkan digelar di Venezuela pada Rabu 3 Mei 2017.
"Para warga, ayo turun ke jalanan!" Anda harus menolak kegilaan ini!" tegas kepala oposisi Henrique Capriles di Twitter.
Oposisi mengatakan adanya konstitusi baru akan melemahkan upaya menyingkirkan Maduro, tokoh kunci yang dinilai bertanggung jawab atas krisis ekonomi.

Selain mendesak mundur, oposisi juga meminta agar pemilihan umum presiden yang dijadwalkan tahun depan untuk dipercepat.
Sejumlah analis menilai Maduro berusaha menunda pemilu dengan cara membuat konstitusi baru. "Maduro sedang mencoba membuang-buang waktu," ujar analis Nicmer Evans.
Bentrokan kembali pecah dalam unjuk rasa di Caracas. Sekelompok pendemo bermasker hitam terlibat adu fisik dengan polisi antihuru-hara yang menggunakan gas air mata.
Seorang pendemo melemparkan bom molotov ke gedung ombudsman di kota Valencia. Sebuah granat pelumpuh dilaporkan digunakan di halaman Majelis Nasional Venezuela di Caracas, saat para anggota parlemen bersiap menggelar debat untuk menekan Maduro.
Pemimpin kongres Venezuela, Julio Borges, mengatakan "apa yang Maduro usulkan di tengah keputusasaannya adalah bahwa Venezuela tidak akan pernah lagi bisa melakukan pemilihan umum langsung dan bebas."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News