Seperti dikutip Reuters, Minggu (22/1/2016) Dengan mengibar-ngibarkan spanduk bertuliskan "Hubungan khusus, katakan tidak!" dan "Perempuan kotor bersatu", para pengunjuk rasa berkumpul di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Lapangan Grosvenor di London sebelum mengarah ke Lapangan Trafalgar untuk mengikuti demonstrasi.
Di seluruh dunia, ada 670 protes yang direncakan digelar, menurut laman para penyelenggara yang mengatakan bahwa diperkirakan lebih dari dua juta orang akan berunjuk rasa menentang Trump.
Di Eropa, aksi unjuk rasa juga berlangsung di Berlin, Paris, Roma, Wina, Jenewa dan Amsterdam. Menurut perkiraan yang dikeluarkan kepolisian dan para penyelenggara, demonstran yang turun ke jalan di Wina berjumlah 2.000 orang, Namun, suhu di bawah nol derajat Celcius secara cepat mengurangi jumlah tersebut hingga hanya ratusan orang.
Di Afrika, ratusan orang menggelar unjuk rasa di hutan kota Nairobi, Karura Forest. Mereka melambai-lambaikan poster serta menyanyikan lagu-lagu protes Amerika.
Banyak pengunjuk rasa juga merasa marah atas komentar-komentar yang dilancarkan Trump terkait imigran dan Muslim, juga ketidaktertarikan pengusaha properti New York itu terhadap masalah lingkungan.
Di Sydney, kota terbesar Australia, sekitar 3.000 perempuan dan laki-laki melancarkan protes di Hyde Park sebelum berjalan menuju konsulat AS di pusat kota. Sementara itu, menurut para penyelenggara, 5.000 orang juga mengikuti demonstrasi di Melbourne.
Di Selandia Baru, kata Petugas penyelenggara, Bette Flager unjuk rasa berlangsung di empat kota dan diikuti sekitar 2.000 orang,
Di kota-kota Asia lainnya, demonstrasi antara lain digelar di Tokyo. Aksi di Tokyo itu diikuti ratusan orang, termasuk banyak pekerja asal Amerika Serikat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News