Pasukan Irak bentrok dengan beberapa unit Kurdi di Kirkuk pada Jumat 20 Oktober 2017. Ini merupakan pertempuran lanjutan dalam upaya pemerintah pusat Irak mengambil kembali kekuasaan otonomi dari Kurdi.
Baik pemerintah Irak di Baghdad maupun Kurdi merupakan sekutu utama AS dalam perang melawan kelompok militan Islamic State (ISIS). Meski memiliki tujuan sama, namun Irak dan otoritas Kurdi masih belum dapat menyelesaikan perselisihan mereka.
"Untuk menghindari kesalahpahaman atau bentrokan lebih lanjut, kami meminta pemerintah pusat (Irak) untuk meredakan ketegangan dengan membatasi pergerakan di area-area sengketa," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Heather Nauert, seperti dilansir AFP.
AS juga meminta "semua kubu untuk menghentikan kekerasan dan aksi provokatif, serta mengkoordinasikan segala bentuk aktivitas demi mengembalikan perdamaian," tutur Nauert.
Kurdi Irak telah merebut atau memperkuat kekuasaan di beberapa area sengketa dalam perang melawan ISIS sejak tiga tahun terakhir. Sejumlah area tersebut sempat kosong usai ditinggalkan pasukan pemerintah pusat Irak di tengah meluasnya pengaruh ISIS.
Pemilih di daerah otonom Kurdistan dan wilayah yang dikendalikan Kurdi Peshmerga sebagian besar mendukung pemisahan diri Kurdi dari Irak. Namun, pemungutan suara dinyatakan ilegal oleh pemerintahan Perdana Menteri Haider al-Abadi dan juga AS.
Ia pun memerintahkan pasukannya untuk menguasai semua wilayah yang diklaim otoritas Kurdi.
Sejumlah pihak menilai Baghdad memanfaatkan momen referendum kemerdekaan Kurdi untuk merebut kembali wilayah-wilayah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News