Desa Sriwulan di Jawa Tengah yang terendam air laut. (Foto: AFP).
Desa Sriwulan di Jawa Tengah yang terendam air laut. (Foto: AFP).

PBB: Permukaan Laut Capai Titik Tertinggi Rekornya Tahun Lalu

Arpan Rahman • 30 Maret 2019 08:05
New York: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan pada 2018 perubahan iklim mencapai rekor tertingginya. Bahkan, permukaan laut naik secara signifikan.
 
"Tidak ada lagi waktu untuk menunda dalam mengatasi perubahan iklim," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ketika laporan iklim dunia dari Organisasi Meteorologi (WMO) tahun 2018 diterbitkan.
 
Dikutip dari laman Independent, Jumat 29 Maret 2019, tanda-tanda fisik dari perubahan iklim dan dampaknya terhadap manusia semakin cepat tatkala rekor konsentrasi gas rumah kaca mendorong suhu global ke tingkat yang semakin berbahaya.

Laporan merinci adanya peningkatan karbon dioksida di atmosfer ke ketinggian baru, permukaan laut naik lebih cepat saat lapisan es mencair, lautan panas, dan gletser dunia dalam keadaan terkikis.
 
Laporan menyebutkan sebagian besar perubahan iklim tersebut mempengaruhi kehidupan hampir 62 juta jiwa. Perubahan iklim ini termasuk cuaca ekstrem dan kejadian alam lainnya.
 
Dampaknya terlihat tahun ini, di mana Siklon Tropis Idai memporak-porandakan Afrika tenggara, rekor suhu musim dingin yang hangat di Eropa, cuaca dingin yang tidak biasa di Amerika Utara, dan gelombang panas yang membakar di Australia.
 
Sekjen WMO Petteri Taalas mengatakan Topan Idai bisa berubah menjadi salah satu bencana alam paling mematikan yang melanda belahan bumi selatan.
 
Pada 2018, sekitar 35 juta orang di seluruh dunia dilanda banjir dan ada 14 bencana di Amerika Serikat, termasuk Badai Florence dan Michael yang menyebabkan kerusakan senilai USD49 miliar dan lebih dari 100 kematian.
 
Topan Super Mangkhut juga memiliki dampak pada 2,4 juta orang. Akibat bencana ini, sedikitnya 134 orang tewas, terutama di Filipina.
 
Lebih dari 1.600 kematian dikaitkan dengan gelombang panas yang dahsyat dan kebakaran hutan di Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Sementara banjir bandang terburuk selama seabad terjadi di Kerala, India.
 
Kekeringan, banjir, dan badai sudah menggusur lebih dari dua juta orang di seluruh dunia pada September 2018. Bencana alam juga mengakibatkan kelaparan karena tak ada hasil panen.
 
Laporan juga menunjukkan kenaikan permukaan laut semakin cepat, dengan rata-rata global 3,7 milimeter lebih tinggi pada 2018 dibandingkan tahun sebelumnya. Disusul mencairnya es dari lapisan beku menjadi penyebab utama lonjakan.
 
Lautan menjadi semakin asam karena menyerap lebih banyak karbon dioksida. Sementara lapisan es Kutub Utara jauh di bawah rata-rata sepanjang 2018.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan