Sekelompok prajurit AS dalam misi pelatihan di Senegal, 25 Juli 2016. (Foto: AFP/SEYLLOU)
Sekelompok prajurit AS dalam misi pelatihan di Senegal, 25 Juli 2016. (Foto: AFP/SEYLLOU)

AS Ingin Kurangi Jumlah Pasukan di Afrika

Willy Haryono • 14 Januari 2020 06:43
Washington: Amerika Serikat ingin mengurangi jumlah personel militernya di Afrika. Keinginan disampaikan AS saat Prancis menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara Sahel dalam upaya meningkatkan operasi melawan sejumlah grup ekstremis di kawasan.
 
"Sumber daya (militer) dapat dikurangi, baik itu untuk meningkatkan kesiapan pasukan di kontinental AS atau digeser ke Pasifik," ucap Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley, dilansir dari AFP, Senin 13 Januari 2020.
 
Dalam perjalanan menuju pertemuan NATO di Brussels, Milley mengatakan Menteri Pertahanan AS Mark Esper belum menentukan pilihan mengenai perubahan apa yang akan diambil nanti.

"Kami sedang mengembangkan beberapa opsi untuk dipertimbangkan menhan. Kami mengembangkan beragam opsi itu lewat koordinasi bersama sekutu dan mitra kami," sebut Milley.
 
Pengumuman wacana pengurangan pasukan di Afrika disampaikan AS setelah Presiden Donald Trump pekan kemarin meminta NATO untuk lebih banyak berkontribusi di Timur Tengah. Pengumuman juga disampaikan saat Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumpulkan para kepala negara Sahel -- Burkina Faso, Chad, Niger, Mali dan Mauritania.
 
Prancis dan kelima mitra Sahel telah sepakat untuk meningkatkan kerja sama militan dalam memerangi sepak terjang ekstremis. Para kepala negara Sahel berharap Washington akan tetap mempertahankan "dukungan krusialnya" dalam memerangi ekstremisme di Afrika.
 
"Jika Amerika memutuskan meninggalkan Afrika, maka hal itu dapat berimbas buruk bagi kami," ungkap Macron. "Saya berharap dapat meyakinkan Presiden Trump bahwa berperang melawan terorisme juga berlangsung di kawasan ini," lanjutnya.
 
AS memiliki sekitar 7.000 personel militer khusus di Afrika, yang terlibat dalam operasi gabungan bersama beberapa pasukan negara Afrika, terutama Somalia. Operasi gabungan ini biasanya dilakukan dalam upaya mengantisipasi aksi sejumlah grup ekstremis seperti Boko Haram.
 
Sementara 2.000 prajurit AS lainnya ditugaskan dalam misi pelatihan di sekitar 40 negara Afrika. Mereka juga beberapa kali terlibat dalam operasi gabungan, secara khusus bersama pasukan Prancis di Mali.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan