Jatuhnya pesawat jenis Boeing 737-800 itu menewaskan semua 176 orang yang berada di dalamnya. Kecurigaan ini didasari laporan para pejabat AS bahwa pesawat itu telah secara keliru ditembak jatuh oleh Iran.
Para pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan, kepada media AS bahwa Iran menembakkan dua rudal darat-ke-udara di pesawat saat lepas landas pada Rabu pagi. Akibatnya, tampak ada api di bagian pesawat sebelumnya jatuh dan meledak di darat.
Kesimpulan AS dilaporkan berdasarkan data satelit, radar dan elektronik yang mengindikasikan kesalahan tragis.
Bencana itu terungkap hanya beberapa jam setelah Teheran meluncurkan rudal balistik di sasaran militer AS di Irak . Serangan untuk membalas aksi AS 3 Januari di Baghdad yang menewaskan komandan pasukan Quds Garda Revolusi Iran, Jenderal Qassem Soleimani.
ABC News mengatakan seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya menyebut skenario dua-rudal "sangat mungkin." Sementara Trump tidak secara langsung mengonfirmasi kesimpulan itu, tetapi sangat mengisyaratkan hal itu.
"Aku punya kecurigaan. Pesawat Itu terbang di lingkungan yang cukup kasar dan seseorang bisa membuat kesalahan,” ujar Trump, seperti dikutip AFP, Jumat, 10 Januari 2020.
"Beberapa orang mengatakan itu kerusakan mekanis. Saya pribadi tidak berpikir itu bahkan pertanyaan," kata Trump, menambahkan bahwa "sesuatu yang sangat mengerikan terjadi."
Tetapi Pemerintah Iran mengesampingkan serangan rudal, mengatakan skenario seperti itu tidak masuk akal.
"Beberapa penerbangan domestik dan internasional terbang pada saat yang sama di wilayah udara Iran pada ketinggian yang sama 8.000 kaki (2.440 meter)," tegas Kementerian Transportasi Iran.
“Cerita tentang rudal yang menabrak sebuah pesawat sama sekali tidak benar," pungkas pihak kementerian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News