"Kita merayakan satu tahun kemenangan suara populer pada 20 Mei 2018, hari di mana Venezuela memutuskan mendukung perdamaian, demokrasi, dan kebebasan," kata Maduro di akun Twitter-nya, dilansir dari AFP, Selasa, 21 Mei 2019.
Ratusan pendukung Maduro juga terlihat turun ke jalan merayakan kemenangan tersebut. Mengenakan kaus merah, para pendukungnya mengibarkan bendera Partai Sosialis.
Mereka juga membawa slogan bertuliskan 'Seruan untuk Kemenangan'. Maduro menyapa para pendukungnya yang berkumpul di depan Istana Kepresidenan Miraflores.
"Ini telah menjadi sebuah pertempuran, perang. Mereka belum memberikan dia (Maduro) kesempatan untuk memerintah," tutur pendukung sang presiden, Hector Aular.
Menurut dia, tahun pertama di periode kedua ini, Maduro mengalami masa sulit. Namun dia yakin presidennya itu bisa mengatasi krisis di Negeri Bolivarian.
Meski telah setahun menjabat, banyak pihak tidak setuju Maduro kembali memerintah. Menurut mereka, pemilu pada Mei 2018 itu tidak sah.
Oposisi menganggap banyak kejanggalan pada pemilu setahun lalu tersebut. Saat itu, Dewan Pemilu Venezuela menyatakan Maduro mendapat 5,8 juta suara, sementara pesaingnya, Henri Falcon, hanya meraup 1,8 juta.
Pelantikan Maduro memperkeruh krisis politik Venezuela. Ketua Majelis Nasional atau parlemen, Juan Guaido, hingga mendeklarasikan diri sebagai presiden interim negara Amerika Latin itu.
Dia bahkan didukung sekitar 55 negara, termasuk Amerika dan negara-negara Uni Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id