Jenderal Angkatan Udara John Hyten, komandan Komando Strategis, mengatakan kepada sebuah panel di Forum Keamanan Internasional Halifax bahwa dia dan Trump telah melakukan pembicaraan mengenai skenario semacam itu. Dia memberi tahu Trump bahwa dia tidak dapat melakukan serangan ilegal.
"Jika itu ilegal, tebak apa yang akan terjadi. Saya akan mengatakan, 'Bapak Presiden, itu ilegal.' Dan coba tebak apa yang akan dia lakukan? Dia akan mengatakan, 'Apa yang bisa legal?'" kata Hyten.
"Dan kita akan menemukan opsi dengan menggabungkan kemampuan demi merespons situasi apa pun, dan begitulah cara kerjanya," tegasnya, seperti dilansir kantor berita AFP, Minggu 19 November 2017.
Jika Trump memutuskan untuk meluncurkan serangan nuklir, Hyten tentu memberinya opsi serangan yang legal. Perintah tersebut akan mengendalikan kekuatan nuklir dalam sebuah perang.
Komentar tersebut muncul saat ancaman serangan nuklir dari Korea Utara (Korut) tetap menjadi perhatian serius dan sejumlah pengkritik Trump menyangsikan temperamennya. Berbagai tweet Trump yang ditujukan pada Pyongyang telah memicu kekhawatiran, terutama di kalangan kongres Demokrat bahwa dia mungkin akan memicu perang dengan Korut.
Selama kesaksian di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri, awal bulan ini, purnawirawan Jenderal Robert Kehler yang menjabat sebagai kepala Komando Strategis mulai Januari 2011 sampai November 2013, juga mengatakan angkatan bersenjata AS berkewajiban mengikuti perintah hukum, bukan yang ilegal.
Hyten mengatakan bahwa dia membicarakannya dengan Trump. "Saya pikir beberapa orang mengira kami bodoh. Kami bukan orang bodoh. Kami banyak memikirkan hal-hal ini. Bila Anda memiliki tanggung jawab ini, bagaimana Anda tidak memikirkannya?" serunya.
Dia katakan tidak akan mematuhi perintah ilegal. "Anda bisa dipenjara selama sisa hidup Anda," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News