Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih, Washington, 18 Maret 2019. (Foto; AFP/SAUL LOEB)
Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih, Washington, 18 Maret 2019. (Foto; AFP/SAUL LOEB)

Penembakan di Selandia Baru

Trump Kesal Dirinya Disalahkan atas Penembakan di Christchurch

Willy Haryono • 19 Maret 2019 10:27
Washington: Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali berkomentar mengenai penembakan brutal yang menewaskan 50 orang dan melukai puluhan lainnya di Christchurch, Selandia Baru. Trump mengaku kesal karena dirinya disalahkan atas tragedi tersebut.
 
"Media Berita Palsu bekerja lembur hanya untuk menyalahkan saya atas serangan mengerikan di Selandia Baru," tulis Trump di Twitter, seperti dilansir dari laman AFP, Senin 18 Maret 2019.
 
"Mereka semua harus bekerja ekstra keras untuk membuktikan tuduhan tersebut. Ini semua sangat konyol!" lanjutnya.

Kekesalan Trump diyakini pandangan ekstrem dari pelaku penembakan di Christchurch, yakni Brenton Tarrant. Pria 28 tahun asal Australia itu memiliki pandangan ekstrem sayap kanan serta menjunjung tinggi supremasi kulit putih.
 
Sejumlah pihak menilai selama ini Trump terkesan kurang 'keras' jika mengomentari sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan sayap kanan atau supremasi kulit putih.
 
Nama Trump muncul dalam manifesto yang ditulis Tarrant dan dirilis sebelum melancarkan aksi teror pada 15 Maret. Dalam manifesto disebutkan bahwa Trump adalah "simbol pembaruan kulit putih."
 
Merespons pertanyaan awak media mengenai manifesto, Trump menilai aksi kekerasan yang dilancarkan simpatisan supremasi kulit putih bukan sebuah ancaman yang sedang berkembang.
 
"Saya rasa tidak (ada indikasi tren berbahaya). Saya rasa mereka adalah sekelompok kecil orang dengan masalah yang sangat, sangat serius," tutur Trump kepada awak media di Gedung Putih beberapa hari lalu.
 
"Tapi jika melihat kasus di Selandia Baru, mungkin demikian (ada indikasi tren supremasi kulit putih). Saya belum tahu banyak mengenai hal tersebut," lanjut dia.
 
Sebelumnya, Trump mengaku telah berbicara dengan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern untuk mengekspresikan "solidaritas." Trump juga sempat mengatakan, "kami mencintai Selandia Baru."
 
Pada 2017, banyak pihak termasuk beberapa orang terdekat Trump terkejut karena sang presiden menolak mengecam aksi unjuk rasa neo-Nazi di Charlottesville, Virginia. Demonstrasi tersebut berujung bentrokan dengan gerakan sayap kiri. Trump menyalahkan keduanya.
 
Baca: Brenton Tarrant dan Manifesto Mengincar Muslim Selandia Baru
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan