medcom.id, New York: Pada sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membahas mengenai isu Rakhine.
Pada Senin 18 September 2017, waktu New York, Menlu Retno diundang dalam pertemuan terbatas yang diadakan oleh Menlu Inggris Boris Johnson. Pertemuan terbatas dengan beberapa menlu negara lain ini, membahas mengenai situasi terkini di Rakhine.
Dalam pertemuan itu hadir pula Penasihat Keamanan Myanmar U Thaung Tun dan Menteri Muda Urusan Luar Negeri Myanmar U Kyaw Tin. Sementara Menteri Luar Negeri yang juga menjabat sebagai Penasihat Nasional, Aung San Suu Kyi, tidak dapat hadir dalam sidang tahun ini.
Jamuan makan siang ini juga dihadiri oleh menteri luar negeri dan perwakilan dari negara seperti Turki, Malaysia, Tiongkok, Rusia, Australia, Denmark dan Swedia.
"Jadi dalam pertemuan tadi pihak Myanmar memberikan briefing (paparan) mengenai perkembangan situasi yang ada saat ini (di Rakhine). Antara lain yang disampaikan oleh otoritas Myanmar bahwa dalam beberapa hari tekahir ini, situasi sudah lebih tenang tidak ada kontak senjata dan akses terhadap bantuan kemanusiaan sudah mulai jalan," ujar Menlu Retno, kepada jurnalis di New York, Senin 18 September 2017.
"Indonesia tetap menyampaikan concern (kekhawatiran) terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di Myanmar. Kita juga menyampaikan simpati kita dan dukungan kepada Bangladesh, yang (sejak 25 agustus saat konflik merebak pertama kali) sejauh ini menerima tambahan pengungsi sekitar 400 ribu pengungsi baru," pungkas Menlu.
Kepada menlu-menlu yang hadir, Indonesia menyampaikan kembali komitmennya untuk membantu menangani krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine. Tentunya termasuk melalui penyaluran bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Rakhine yang berada di Bangladesh. Sudah delapan pesawat berisi bantuan dikirim untuk para pengungsi.
"Pertemuan tadi juga menekankan pentingnya bagi Myanmar untuk segera membuka akses bantuan kemanusiaan. Memang sejauh ini ICRC sudah beroperasi tetapi belum sampai kepada daerah yang paling terdampak," tutur Menlu.
Kepada para Menlu yang hadir, pihak Myanmar menyatakan kesanggupannya untuk melibatkan PBB dalam pemberian bantuan kemanusiaan ke pengungsi
Rakhine.
Laporan Komisi Penasehat yang dipimpin oleh mantan sekjen PBB Kofi Annan, juga turut menjadi perhatian. Myanmar juga diminta agar menjalankan rekomendasi tersebut.
Indonesia juga mendorong agar Bangladesh dan Myanmar untuk segera menggelar pertemuan dalam rangka menangani isu yang terkait pengungsi dan perbatasan. "Kedua pihak sudah sepakat akan segera melakukan pertemuan," sebut mantan Dubes RI untuk Norwegia tersebut.
Penyaluran bantuan di Bangladesh untuk para pengungsi Rakhine sendiri tidak menemui kendala. Menlu menjelaskan, penyaluran itu dipimpin oleh Pemerintah Bangladesh bekerja sama dengan organisasi PBB yang sudah ada di lapangan.
"Jadi tidak ada kendala sejauh ini. Saya juga berbicara dengan Menlu Bangladesh untuk membahas bantuan kemanusiaannya," imbuhnya.
Apresiasi dari AS
Upaya Indonesia untuk mendekati Myanmar, mendapatkan apresiasi dari banyak negara. Salah satunya Amerika Serikat (AS).
Dubes AS untuk PBB, Nikki Haley, mengapresiasi kepada Indonesia dan Menlu Retno atas kerja keras bantu situasi Rakhine State Myanmar di SMU PBB ke-72. Apresiasi itu disampaikan langsung di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB.

Menlu Retno Marsudi dengan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley (Foto: Dok.Kemenlu RI).

Menlu Retno Marsudi dengan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley (Foto: Dok.Kemenlu RI).
Hingga saat ini, bantuan kemanusiaan sebesar 74 ton telah tiba di Bangladesh. Seluruh bantuan dibawa bertahap dalam delapan kali pengiriman dengan pesawat C-130 milik TNI AU.
Bantuan yang tiba hari ini akan dibawa ke gudang penyimpanan di Cox’s Bazar untuk kemudian didistribusikan ke lokasi pengungsian
Menurut Dubes RI untuk Bangladesh, Rina Soemarno, distribusi utamanya dilakukan di kamp-kamp sementara Kutupalong 1 dan 2 serta Balukhali. Beras bantuan Indonesia yang diambil dari gudang di Cox’s Bazar disalurkan kepada 120.000 pengungsi dalam bentuk beras dan nasi yang sudah dimasak.
Dalam distribusi bantuan ini, kondisi hujan deras di Cox’s Bazar, khususnya di sekitar lokasi pengungsian membuat proses distribusi sempat terganggu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News