Badai terkuat yang melanda Karibia sejak hampir satu dekade terakhir ini menghantam Haiti pada Selasa 4 Oktober dengan angin berkecepatan 233 kilometer per jam yang disertai hujan deras. Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, 1,4 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan akibat badai Matthew.
Hitungan versi Reuters, dari laporan pejabat setempat, menunjukkan 1.000 orang tewas akibat badai di Haiti. Salah satu negara termiskin di kontinen Amerika ini memiliki populasi sekitar 10 juta penduduk.
Menurut pengumuman resmi dari badan pusat perlindungan sipil, korban tewas yang resmi tercatat mencapai 336 orang. Penghitungan data korban lebih lambat lantaran para pejabat harus mengunjungi setiap desa untuk mengonfirmasikan jumlahnya.
"Pemerintah setempat harus mengubur korban tewas dalam kuburan massal di Jeremie karena jasad-jasad itu mulai membusuk," kata Kedner Frenel, pejabat paling senior pemerintah pusat di wilayah Grand'anse, semenanjung barat Haiti.
Seperti dikutip The Guardian, Senin (10/10/2016), Frenel mengatakan, 522 orang tewas di wilayah Grand'anse. Daftar perhitungan kematian yang dilaporkan 15 walikota dari 18 kota di Sud Departemen di sisi selatan semenanjung menunjukkan adanya 386 korban tewas. Sisanya di wilayah lain, yakni sebanyak 92 orang.
Frenel mengaku khawatir mengenai mulai menyebarnya wabah kolera pascabadai. Pihak berwenang saat ini fokus menyediakan air bersih, makanan, dan obat-obatan bagi ribuan pengungsi yang tinggal di tempat penampungan.
Kolera menyebabkan diare berat dan dapat membunuh dalam hitungan jam jika tidak diobati. Wabah ini menyebar melalui air kotor terkontaminasi bakteri dan memiliki masa inkubasi singkat.
Tim pemerintah bergerak menyebar di seluruh kawasan yang terlanda badai di barat daya Haiti selama akhir pekan untuk memperbaiki pusat-pusat pengobatan dan mencapai episentrum penyebaran wabah kolera.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News