"Segala sesuatu yang tidak bergerak menuju (pengunduran diri Maduro) hanyalah sebuah usaha yang sia-sia," ungkap Guaido, dilansir dari laman Sputnik, Jumat 7 Juni 2019.
Kubu Guaido dan Maduro bertemu di Oslo pada Mei lalu. Namun dialog keduanya berakhir gagal karena oposisi terus menyerukan agar Maduro mengundurkan diri dan mengizinkan pemerintahan interim menggelar pemilihan umum terbaru.
Dalam dialog di Oslo, pihak Guaido membantah telah bernegosiasi langsung dengan Maduro. Oposisi mengaku hanya berbicara bergiliran dengan ditengahi mediator Norwegia.
Maduro menang telak dalam pemilihan umum Venezuela pada Mei 2018. Namun, oposisi tidak mengakui hasil tersebut dengan alasan banyaknya tokoh yang tidak bisa mengikuti jalannya pemilu.
Maduro juga dinilai oposisi gagal mengangkat Venezuela dari jurang krisis ekonomi yang mencekik. Hiperinflasi di Venezuela membuat mata uang bolivar hampir tidak ada nilainya. Berbagai bahan kebutuhan pokok di Venezuela juga minim, yang memaksa jutaan warga melarikan diri ke beberapa negara tetangga.
Januari lalu, Guaido mendeklarasikan diri sebagai presiden interim pengganti Maduro -- awal mula meningkatnya ketegangan terbaru di Venezuela.
Menurut Maduro, oposisi bertanggung jawab atas kerusakan masif infrastruktur di Venezuela, yang juga berimbas pada pemadaman aliran listrik di banyak wilayah.
Akhir April lalu, Guaido mendorong percobaan kudeta dan berusaha membujuk angkatan bersenjata untuk bersama-sama menumbangkan Maduro. Namun sebagian besar elemen militer Venezuela tetap setia pada Maduro, dan percobaan kudeta pun berakhir gagal.
Amerika Serikat dan puluhan negara lainnya mengakui Guaido sebagai presiden interim Venezuela. Sementara Maduro masih didukung beberapa negara besar, termasuk Rusia, Tiongkok, Turki dan lainnya.
Baca: Menteri Energi Venezuela Dipecat Karena Sering Mati Listrik
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News