Gelombang protes sebagian besar berlangsung di ibu kota Santiago, dan belakang meluas ke Valparaiso dan juga Concepcion. Aksi protes ini dipicu kemarahan warga terhadap ketidaksetaraan di bidang sosial dan ekonomi.
"Chile telah berubah, dan pemerintah juga harus berubah untuk menghadapi sejumlah tantangan di era sekarang," kata Pinera, yang merombak sepertiga dari kabinetnya, termasuk Menteri Dalam Negeri Andres Chadwick, dilansir dari AFP, Senin 28 Oktober 2019.
Sebelumnya, ia telah menuliskan surat kepada semua menteri Chile dan meminta mereka untuk mengundurkan diri.
Demonstran mendesak Pinera untuk mengundurkan diri di tengah rendahnya upah pekerja serta dana pensiun. Warga juga geram karena biaya kesehatan dan pendidikan di Chile begitu tinggi, dan disparitas antara si kaya dan miskin juga terlalu jauh.
Dalam bentrokan terbaru di Santiago, sejumlah toko dijarah para pengunjuk rasa. Sebuah bangunan yang meliputi pusat perbelanjaan, deretan toko dan hotel juga dibakar pedemo.
Para pekerja di Escondida, tambang tembaga terbesar di dunia, akan memulai mogok kerja selama 24 jam untuk mendukung gelombang protes saat ini.
Status darurat sempat diberlakukan di Chile, namun pada akhirnya dicabut pada Senin dini hari. Saat status darurat masih berlaku, sekitar 20 ribu polisi dan prajurit dikerahkan ke sejumlah ruas jalan di Chile.
Jumat pekan lalu, sekitar satu juta orang turun ke jalanan Santiago dan sempat membuat wilayah ibu kota lumpuh. Aksi protes saat itu disebut-sebut sebagai yang terbesar di Chile dalam beberapa dekade terakhir.
Sejumlah pihak menyandingkan skala protes kali ini dengan demonstrasi di tahun 1988 saat masyarakat Chile menentang kepemimpinan diktator Augusto Pinochet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News