Keputusan ini dipicu oleh kekhawatiran keamanan data pengguna dan potensi manipulasi informasi oleh pemerintah Tiongkok melalui ByteDance, perusahaan induk TikTok.
Kekhawatiran Keamanan Data
Melansir The New York Times, para legislator AS khawatir TikTok dapat digunakan oleh pemerintah Tiongkok untuk mengakses data sensitif pengguna, termasuk informasi lokasi.Undang-undang di Tiongkok memungkinkan pemerintahnya meminta data dari perusahaan-perusahaan domestik, yang meningkatkan kekhawatiran bahwa TikTok dapat menjadi alat intelijen.
Dalam sebuah wawancara, Mark Warner, Ketua Komite Intelijen Senat, mengatakan bahwa risiko TikTok melibatkan "pintu belakang" bagi pemerintah Tiongkok untuk memata-matai warga AS.
Selain itu, algoritma rekomendasi konten TikTok dituduh dapat digunakan untuk menyebarkan disinformasi.
Kekhawatiran ini meningkat setelah konflik Israel-Hamas dan menjelang pemilihan presiden AS, di mana TikTok dituduh memfasilitasi penyebaran narasi antisemitisme.
Tanggapan TikTok
TikTok secara konsisten membantah tuduhan ini. Michael Hughes, juru bicara TikTok, menyebut langkah ini sebagai bentuk "teater politik" yang tidak berdasarkan fakta.TikTok juga menegaskan bahwa hukum di Tiongkok tidak berlaku untuk operasional TikTok di luar negara tersebut, karena datanya disimpan di server luar negeri.
TikTok bahkan telah mengambil langkah-langkah untuk memisahkan operasionalnya dari ByteDance, seperti membangun pusat data baru di Amerika Serikat dan melibatkan mitra keamanan independen untuk mengaudit datanya. Namun, langkah ini belum cukup untuk meredakan kekhawatiran para legislator AS.
Dampak Larangan
Jika undang-undang yang melarang TikTok disahkan, distribusi aplikasi ini melalui toko aplikasi seperti Apple dan Google akan dihentikan. Selain itu, pembaruan TikTok juga akan diblokir, yang berpotensi membuat aplikasi menjadi usang seiring waktu.
Pemerintah juga dapat memberikan sanksi kepada perusahaan hosting internet yang membantu distribusi TikTok. Larangan ini dijadwalkan dapat mulai berlaku pada 19 Januari 2025, jika tidak ada keputusan pengadilan yang membatalkan langkah tersebut.
Upaya TikTok di Pengadilan
Pada 6 Desember 2024, TikTok kalah dalam gugatan di pengadilan federal, yang menyatakan bahwa undang-undang pelarangan tersebut tidak melanggar kebebasan berbicara.
TikTok kemudian membawa kasus ini ke Mahkamah Agung pada 10 Januari 2025, dengan argumen bahwa larangan tersebut melanggar hak konstitusional.
Pengacara TikTok, Noel Francisco, menyatakan di pengadilan bahwa penjualan TikTok kepada perusahaan AS tidak memungkinkan, sebagian karena pemerintah Tiongkok akan memblokir upaya tersebut.
Ia juga menegaskan bahwa larangan ini didasarkan pada "informasi yang tidak akurat dan bersifat spekulatif."
Dukungan Donald Trump untuk Tiktok
Donald Trump, mantan presiden AS, telah menyatakan dukungan untuk menyelamatkan TikTok. Pada Desember 2024, ia mengajukan permohonan kepada Mahkamah Agung untuk menunda pelarangan.
Langkah ini menunjukkan perubahan dari sikapnya pada tahun 2020, ketika ia berusaha melarang TikTok.
Juru bicara tim Trump menyatakan bahwa ia akan "memastikan" TikTok tetap tersedia di AS, meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Trump juga dapat meminta jaksa agung baru untuk tidak menegakkan larangan tersebut, yang akan memberikan ruang bagi TikTok untuk tetap beroperasi. Namun, komitmennya terhadap masa depan TikTok diragukan, mengingat sikap kerasnya terhadap Tiongkok di masa lalu.
Migrasi ke RedNote
Sementara TikTok menghadapi ancaman pelarangan, banyak pengguna Amerika beralih ke aplikasi media sosial asal Tiongkok lainnya, Xiaohongshu, yang dikenal sebagai RedNote di pasar internasional.Melansir CNN, aplikasi ini mengalami lonjakan unduhan di App Store AS, bahkan mencapai puncak peringkat selama seminggu terakhir.
Dalam dua hari, lebih dari 700.000 pengguna baru dari AS bergabung dengan platform ini, menjadikannya fenomena yang menarik perhatian global.
RedNote awalnya populer di Tiongkok untuk konten seputar fashion, makeup, dan perjalanan. Namun, dengan meningkatnya jumlah pengguna dari AS, platform ini kini menjadi ruang interaksi baru antara pengguna Tiongkok dan Amerika.
Ivy Yang, analis teknologi dari Wavelet Strategy, menyebut ini sebagai salah satu bentuk pertukaran budaya paling organik yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir.
Ancaman pelarangan TikTok di AS mencerminkan ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Tiongkok, terutama dalam isu keamanan digital.
Sementara TikTok terus memperjuangkan keberadaannya di pengadilan, nasib aplikasi ini di AS tetap berada di ujung tanduk, menunggu keputusan akhir dari Mahkamah Agung.
Baca Juga:
Bakal Diblokir, Pengguna TikTok di AS Pindah ke Aplikasi Rednote
Cek Berita dan Artikel yang lain di