medcom.id, Washington: Dokumen rahasia ditunjukkan empat kepala badan intelijen Amerika Serikat (AS) kepada Presiden terpilih Donald Trump, pekan lalu.
Termasuk klaim bahwa operasi intelijen Rusia memiliki informasi mencurigakan menyangkut dirinya. Dua pejabat AS mengatakan soal dokumen dan klaim itu, Selasa 10 Januari malam.
Mereka berkata bahwa klaim itu disebut "tidak berdasar," terkandung dalam memo dua halaman, dilampirkan ke laporan soal gangguan Rusia di pemilu 2016. Dan para petinggi intelijen AS menunjukkannya kepada Trump dan Presiden Barack Obama, pekan lalu.
Trump merespons, pada Selasa malam, di tweet menyebut laporan: "BERITA PALSU - POLITIK TOTAL BERBURU DUKUN SIHIR!" Tim transisi Trump tidak segera menanggapi permintaan untuk komentar. Salah satu pejabat, keduanya meminta syarat anonimitas buat membahas masalah rahasia, berkata Biro Investigasi Federal (FBI) dan lembaga AS lainnya terus menyelidiki kredibilitas dan akurasi klaim ini.
Muatannya termasuk dalam laporan penelitian bertentangan yang tersedia tahun lalu bagi anggota Partai Demokrat dan para pejabat AS. Laporan itu dikerjakan oleh seorang mantan agen intelijen Inggris, yang sudah sering bekerja sama dengan para agen AS terpercaya.
"Tim penyidik sejauh ini tidak mampu mengkonfirmasi materi tentang sisi keuangan dan keterlibatan pribadi Trump. Baik dengan beberapa pengusaha Rusia maupun dengan orang lain, yang analis intelijen AS simpulkan adalah petugas intelijen Rusia atau bekerja atas nama intelijen Rusia," sebut seorang pejabat AS, seperti dikutip Reuters, Rabu (11/1/2017).
"Beberapa materi dalam laporan yang dihasilkan oleh mantan perwira intelijen Inggris telah terbukti salah," kata pejabat itu.
FBI menolak berkomentar
Tudingan bahwa Rusia mencoba berkompromi dengan pengusaha real estat asal New York Trump dipresentasikan kepada FBI dan pejabat pemerintah AS lainnya musim panas lalu dan sudah beredar selama berbulan-bulan.
FBI awalnya mengamati materi itu secara serius, kata beberapa sumber yang tak mau menyebut nama karena sensitifnya isu ini. Materi pertama kali dilaporkan oleh CNN.
Namun, FBI gagal bertindak menangani materi tersebut, dan mantan perwira intelijen Inggris memutuskan kontak sekitar tiga pekan sebelum pemilu November, kata mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News