Tudingan disampaikan dalam laporan terbaru Komisi Penyelidikan Internasional Independen untuk Suriah yang berfokus rangkaian peristiwa mulai dari Juli 2019 hingga saat ini. Fokus penyelidikan adalah sejumlah serangan yang dilancarkan "pasukan pro-pemerintah (Suriah) terhadap beberapa target sipil seperti fasilitas medis.
Komisi berfokus pada dua insiden, yang disebut-sebut melibatkan pesawat jet tempur Rusia. Komisi mengklaim memiliki bukti atas keterlibatan Rusia dalam pengeboman di sejumlah area sipil di Suriah.
Insiden pertama yang disebutkan dalam laporan adalah serangan udara di sebuah pasar di Maaret al-Numan, area padat penduduk yang berlokasi sekitar 33 kilometer dari kota Idlib, pada 22 Juli. Komisi menyebut serangan udara kedua menghantam kota tersebut saat sejumlah petugas penyelamat sedang berada di lokasi.
Serangan tersebut menewaskan 43 warga sipil, termasuk empat anak-anak, dan melukai 109 lainnya.
Peristiwa kedua yang diselidiki terjadi pada 16 Agustus di luar Hass, Idlib. Serangan tersebut menewaskan 20 orang, termasuk delapan wanita dan enam anak-anak, serta melukai 40 lainnya.
"Berdasarkan bukti yang tersedia, termasuk testimoni saksi mata, rekaman video, citra data, transkrup komunikasi penerbangan dan laporan observasi awal, komisi meyakini bahwa pesawat Rusia berpartisipasi dalam tiap-tiap insiden yang disebutkan di atas," kata laporan itu, dinukil dari Guardian, Selasa 3 Maret 2020.
"Dalam kedua insiden, Angkatan Udara Rusia tidak mengarahkan serangan ke lokasi militer spesifik. Hal tersebut dapat dikategorikan kejahatan perang," lanjutnya.
Rusia menolak bertanggung jawab atas pembunuhan massal warga sipil di Suriah. Moskow berkukuh serangan udaranya di Suriah merupakan bentuk dukungan terhadap rezim Damaskus yang hanya ditujukan ke sejumlah grup teroris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News