"Kebetulan ayah saya lebih suka masak makanan Barat, ibu saya masak makanan Indonesia, jadi saya tidak pernah melihat dapur adalah teritori gender tertentu," kata Nicholas dalam konferensi pers Miele Generation 7000 di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan pengalamannya melancong ke berbagai daerah, dia juga melihat pekerjaan di dapur tak cuma dibebankan kepada perempuan. Di Aceh, misalnya, laki-laki berperan dalam proses memasak rendang. "Jadi ini sudah jadi bagian kehidupan kita, berdasarkan pengalaman pribadi saya juga begitu, dapur bukan hanya teritori perempuan, tetapi laki-laki"
Selama pandemi, Nicholas mengasah kemampuan memasak makanan Indonesia yang awalnya dirasa lebih sulit dan rumit dibandingkan makanan Barat. Bumbu yang lebih banyak dan urutan pembuatan yang lebih panjang adalah tantangan yang harus dia hadapi.
Sebelumnya, dalam kesempatan berbeda, Nicholas pernah mengungkapkan bahwa kegiatan memasak baginya seperti meditasi. Dia sangat menikmati proses yang dikerjakan untuk mendapatkan hasil masak terbaik.
"Maksudnya buat saya memasak itu suatu aktivitas yang meditatif, karena saya bukan chef, saya masak untuk diri saya sendiri dan teman-teman. Saya suka prosesnya dari memilih ingredients, mengolahnya, presentasi akhirnya."
"Ada unsur-unsur yang membuat saya menjadi menarik karena kita ada visualnya, suaranya, ada suara yang kita dengar dari proses memasak," papar Nicholas.
Bukan hanya soal rasa dalam makanan, lima indra yang ada seperti penciuman, pendengaran, dan indra pengelihatan ikut merasakan nikmat sensasi memasak.
"Semuanya sama (pentingnya), sih. Rasa ya nomor, ya sama. Lidah, hidung, mata dan kuping. Sensasi lima itu harus berpadu untuk mencapai itu. Rasain makan krupuk enggak bunyi kan bukan makan krupuk," lanjutnya.
"Jadi memang ada banyak sensasi yang keluar ketika kita masak dan makan," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
