Nonaria (Foto: medcom/abas)
Nonaria (Foto: medcom/abas)

Cerita Personel NonaRia Terjebak di Lokasi Demonstrasi Mahasiswa

Dhaifurrakhman Abas • 04 Oktober 2019 19:07
Bandung: Grup musik NonaRia baru-baru ini mengalami kisah yang cukup mencekam saat manggung di konser Tanda Mata untuk Koes Plus Bersaudara, di Balai Sarbini, Jakarta pada Senin malam, 30 September 2019. Mereka tampil saat aksi unjuk rasa berakhir ricuh di Jakarta.
 
"Kejadiannya, kebetulan kita lagi di Semanggi, di dekat lokasi demo. Menegangkan," kata pemain Biola NonaRia, Yasintha Pattiasina, saat berbincang dengan Medcom.id di sesi acara The Papandayan Jazz Festival.
 
Yasintha mengatakan, NonaRia tidak bisa keluar panggung lantaran suasana demonstrasi belum kondusif. Mereka tertahan di lokasi tersebut hingga berjam-jam lamanya.

"Baru setelah itu,  jam 11 malam lewat, kita aman untuk keluar. Cuma kata pihak keamanan, siap-siap masih pedas matanya sisa tembakan gas air mata. Selama perjalanan masih mencekam," sambung dia.
 
Meski demikian, Yasintha mengaku takjub dengan aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa tempo hari. Hal ini menandakan kaum muda melek politik.
 
"Yang saya dukung dari mahasiswa adalah, masih ada semangat dengan kepedulian politik. Saya acungi jempol," paparnya
 
Aksi tersebut, kata dia, juga menandakan mahasiswa bebas menyuarakan aspirasinya untuk negara. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa masyarakat hidup di negara demokrasi.
 
"Buat saya bagus sih. Karena membuktikan kita sebagai rakyat demokrasi yang sehat dan bebas beraspirasi," ujar Yasintha.
 
Meski begitu dia berharap mahasiswa selalu mengasah sikap kritis dan jeli dalam bertindak. Dia tak ingin aksi mulia tercoreng  karena ada kepentingan terselubung di balik aksi demonstrasi. Dia juga tak ingin jika aksi unjuk rasa berakhir ricuh.
 
"Yang saya khawatirkan sebenarnya ditungganginya, istilahnya, ada penumpang gelapnya. Jadi itu yang saya rasa mahasiswa harus hati-hati dan kritis. Demo enggak apa. Tapi jangan anarkis karena merugikan banyak orang. Kenapa mesti vandal," tandas dia.
 
Aksi demonstrasi menolak sejumlah Revisi Undang-Undang (RUU) di depan Gedung MPR/DPR, Jakarta Pusat, pada Senin, 30 September 2019 berakhir ricuh. Sejumlah fasilitas umum dirusak.
 
Dampak dari kejadian tersebut, sebanyak 41 anggota polisi mengalami luka ringan Sementara terduga perusuh berjumlah 209 orang yang turut terluka. Mereka telah dirujuk ke beberapa rumah sakit untuk menjalani perawatan medis.
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan