Hal tersebut menyusul protes dan petisi yang menolak tokoh fiksi tersebut sebagai duta.
Pada Kampanye yang dilakukan lalu, UN merepresentasikan ikon Wonder Woman yang selalu berpihak pada hak-hak perempuan di manapun.
(Baca juga: Yuna, Srikandi Jiran yang Tumbuh dengan Musik Indonesia)
Namun, tak semua orang berpendapat sama. Hampir 45 ribu orang menandatangani petisi untuk memprotes pemilihan ikon tersebut.
"Perempuan berpayudara besar, berkulit putih, berpakaian minim dan seksi bukan ikon yang tepat untuk mewakili kesetaraan gender," demikian isi petisi seperti dilansir New York Times.
Di sisi lain, Jeffrey Brez yang merupakan juru bicara UN Nation membantah penghentian kampanye dilakukan karena adanya protes. Kata dia, kampanye dihentikan karena memang perjanjian jangka waktu penggunaan tokoh tersebut telah habis.
Sebelumnya, Courtney Simmons, juru bicara DC Entertainment yang mengadaptasi komik Wonder Woman mengatakan perusahaannya sangat bangga bisa bermitra dengan PBB.
"Wonder Woman berdiri untuk perdamaian, keadilan, dan kesetaraan. Selama 75 tahun dia telah menjadi kekuatan pendorong bagi banyak orang," ucap Simmons.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News