Sanggar Tari Mawar Budaya yang digawangi tiga bersaudara mengajarkan seluruh tarian Nusantara, namun berfokus pada tarian dari Betawi. Para siswa tak sekadar berlatih menari, namun juga kedisiplinan, kerja keras, dan kekompakan. Siswa didik Mawar Budaya mulai dari usia 6 tahun hingga setara usia mahasiswa tingkat 2 (20 tahun).
Salah satu pendiri sekaligus pelatih Mawar Budaya, Kris, menjelaskan bagaimana dia dan kedua saudaranya mengajarkan tarian pada anak didik. Dia tak menampik bahwa muridnya silih berganti, ada yang bertahan, dan tak sedikit yang keluar.
Menurutnya, sudah biasa terjadi, apalagi pada murid usia dini yang sering merasa cepat bosan. Namun, Mawar Budaya punya cara sendiri untuk mengantisipasinya.
"Pada saat mereka berusia 6 sampai 20 tahun, kita ajak mereka untuk menyukai budaya. Kita tidak paksa mereka untuk bisa menari dengan bagus. Pun kita minta pengertian dari orang tuanya agar tidak memaksakan. Nah, saat anak-anak mulai bosan, biarkan saja. Mereka akan datang kembali, kok. Kemudian, pada saat mereka kembali, biasanya usia sekitar kelas 5 SD. Baru basic tari secara pakem kita berikan kepada mereka," ucap Kris, saat ditemui di sela-sela latihan menari di Pasar Raya Manggarai, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Hebatnya, sanggar tari yang telah berdiri sejak 1990 itu masih bertahan hingga kini, menginjak usia 26 tahun. Untuk sebuah sanggar tari, bisa bertahan hingga usia kepala dua, layak diacungi jempol. Eksistensi ini berkat kebersamaan yang mereka punya. Apalagi untuk menghidupkan (operasional) sanggar tari tersebut menggunakan dana mandiri.

"Kami sebenarnya bukan murni di dunia kesenian, ini hobi. Jadi kami punya kegiatan sendiri yang nantinya menyokong kegiatan sanggar tari. Sehingga kami memsubsidi operasional ini, termasuk bila kita ingin berkarya, itu semua pakai dana mandiri," imbuh perempuan paruh baya ini.
Kendati demikian, Mawar Budaya juga beberapa kali pernah mendapat bantuan dari instansi terkait. Misalnya, Dinas Pariwisata Jakarta yang kala itu pernah mempercayakan Mawar Budaya untuk mewakili Jakarta di ajang festival budaya tingkat nasional.
"Nah, itu kita jadi punya biaya untuk berkarya maksimal," kata dia.
Tak hanya itu saja, sanggar tari ini juga telah banyak mengikuti pertunjukan di mancanegara. Pada tahun ini saja, mereka sudah pentas di beberapa negara, di antaranya Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, dan India.
Menari bukan hanya sekadar belajar gerakan saja, namun juga bisa mengekspresikan apa yang diceritakan dalam sebuah tarian itu sendiri.
"Cintailah tarian dengan hatimu, dengan mencintai kesenian, kita sudah berkesenian. Menari tidak harus dengan gerakan yang bagus, tapi menarilah dengan hati. Kalau sudah menari dengan baik dan fokus, gerakan akan gemulai dengan sendirinya," ucap Kris berbagi tips.
Ingin tahu kelanjutan kegiatan menari di Sanggar Tari Mawar Budaya? Simak perjalanan Yovie Widianto yang berkunjung ke Mawar Budaya sekaligus melihat langsung mereka berlatih menari hanya di IDEnesia di Metro TV pada Kamis (14/7/2016), pukul 22.30 WIB.
Jangan lupa, ikuti kuis IDEnesia dan Galeri Indonesia Kaya dengan follow twitter @IDEnesiaTwit atau @IndonesiaKaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News