"Saya dan tim mengalami kerugian di atas Rp30 miliar." tutur Chris di Bareskrim Polri, Jakarta.
Chris Ryan bermain robot trading Fahrenheit sebagai pemasukan tambahan saat pandemi berlangsung.
"Kami pikir tadinya adalah trading, di pandemi seperti ini, kami melihat ini adalah potensi digital ekonomi, di mana kita bisa menambah pendapatan dari digital trading." ujarnya.
Saat pemerintah menetapkan bahwa aplikasi seperti Binomo dan Quotex ilegal, Chris tetap santai karena dia mengira Fahrenheit masih legal.
"Saat regulator masuk dan memberantas investasi bodong, kami santai-santai saja karena kami tidak berpikir Fahrenheit adalah investasi bodong." beber Chris.
Kemudian pada bulan Januari, keanehan terjadi pada robot trading Fahrenheit yang kerap menunda aktivitas withdraw.
"Pada 28 Januari, semua aktivitas withdraw diberhentikan dengan alasan ingin mematuhi regulasi yang ada. Kami tunggu hingga 25 Februari, namun di tanggal 25 Februari Mereka bilang sudah bisa withdraw, tetapi ternyata enggak bisa dan ditunda hingga 7 Maret." lanjutnya.
Menurut Chris, kerugian korban mencapai angka Rp.5 triliun.
"Selama satu jam me-margin call-kan, me-loss-kan, semua investasi hilang dan diduga sampai Rp 5 triliun." ungkapnya.
Sampai hari ini, CEO dari Fahrenheit tidak bisa dihubungi, Chris Ryan beserta korban lainnya mengambil jalur hukum untuk menyelesaikan masalah ini.
"Kami ingin melaporkan PT. Fahrenheit, Fahrenheit robot trading dan juga CEO-nya, Henry Susanto karena sampai detik ini tidak bisa dihubungin, jadi kami memutuskan untuk mengambil tindak hukum." tegas Chris. (Yahya Nadim Oday)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
