Bahkan, brand miliknya bersama sahabat-sahabatnya itu telah didaftarkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). Brand yang melekat pada diri Indro, Dono, dan Kasino pun tidak dapat diganggu gugat.
"Brand. Mau enggak mau brand itu kan muka gue, muka Dono, muka Kasino. Apalagi logonya seperti itu, itu yang didaftarkan," tutur Indro di kanal YouTube milik Deddy Corbuzier
Ia mengatakan bahwa brand tersebut juga beralih ke Lembaga Warkop DKI sejak tahun 2004. Lembaga Warkop DKI sendiri dikelola oleh anak-anak Indro, Dono, dan Kasino.
"(Tahun) 2004 itu sudah gue hibahkan kepada anak-anak, HAKI-nya. Sudah mereka urus sendiri dengan nama mereka atas persetujuan gue," jelasnya.
"Yang harus diketahui, yang aku daftarkan brand, bukan mirip. Aku enggak pernah mempersoalkan kemiripan. Gue juga tahu, Tuhan yang kasih itu. Jangan-jangan gue juga mirip orang lain sebelum gue," tambahnya.
Kasus ini berawal dari tiga pemuda yang membentuk grup bernama Warkopi. Mereka adalah Alfin Dwi Krisnandi yang dianggap mirip Indro, Sepriadi Chaniago yang dianggap mirip Dono, dan Alfred atau Dimas yang dianggap mirip Kasino.
Mereka mengunggah konten parodi Warkop DKI bertajuk Sketsa Warkopi untuk keperluan komersial, yang kemudian dinyatakan Indro telah melanggar HAKI milik Warkop DKI. Konten Warkopi pun viral di jagat media sosial.
Namun, Warkopi tidak meminta izin terhadap Lembaga Warkop DKI selaku pemegang hak eksklusif atas brand Warkop DKI. Padahal jelas, Warkopi menjadi grup lawak dengan sosok dan konten yang mirip dengan Warkop DKI.
"Intinya enggak ada satu kata pun minta izin, gue bisa buktikan dengan email-email mereka," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
