Tak sekadar merilis lagu, Jimi juga menyuguhkan pengalaman spesial lewat serangkaian acara bertajuk sama, “Kilauanlara”. Rangkaian ini meliputi hearing session, pemutaran film dokumenter, hingga pameran proses kreatif artwork yang menyertai lahirnya lagu tersebut.
Seluruh perayaan ini akan dihelat di Bolo Space, Yogyakarta, dan akan berlangsung mulai 9 Juni hingga 10 Juli 2025. Lewat “Kilauanlara”, Jimi Multhazam tak hanya merayakan perjalanan panjangnya, tapi juga mengundang para pendengar untuk menyelami lapisan emosional dan visual dari karya terbarunya.
Tiga dekade berkarya di industri musik, Jimi Multhazam dikenal sebagai sosok yang konsisten menjaga karakter artistiknya, baik bersama The Upstairs, MORFEM, Jimijazz maupun Bequiet.
Namun, proyek solonya kali ini menjadi medium untuk mengekspresikan sesuatu yang sepenuhnya miliknya. Ini adalah momen di mana ia ingin segala sesuatu berjalan sepenuhnya sesuai dengan visinya, baik secara lirik, aransemen, hingga estetika visual. Sebuah perayaan 30 tahun perjalanan yang terasa sangat personal dan utuh.
baca juga: Jimi Multhazam Abadikan Konser Rusuh Metallica 1993 |
“Rencana buat solo project ini sebenarnya sudah ada sejak 2021, waktu pandemi. Tapi karena berbagai kesibukan, ya harus ditunda dulu beberapa tahun,” ujar Jimi.
Begitu prosesnya dimulai, Jimi pun benar-benar terlibat dalam setiap detail.
"Gue benar-benar turun tangan ngarahin semua prosesnya; mulai dari aransemen sampai detail kecil kayak ukuran stik drum pun gue yang tentuin.”
Ide awal proyek ini sebenarnya hanya sebatas hearing session bersama komunitas Debarbars di Jogja. Namun, dalam perjalanannya, ide tersebut berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar.
"Awalnya cuma pengen bikin hearing session bareng komunitas. Tapi terus kepikiran, kayaknya seru kalau proses pembuatan artwork-nya juga ditampilkan. Eh, kebablasan... malah jadi pameran dan dokumenter juga.” ungkap lulusan fakultas seni rupa IKJ ini.
Dalam proses penggarapan lagu ini, Jimi turut melibatkan Eriliando Erick, seorang sutradara dan fotografer lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sebagai kolaborator. Erick pun memiliki peran mendokumentasikan keseluruhan proses dalam bentuk dokumenter film.
Sosok Eriliando Erick sendiri dikenal lewat karya dokumenternya Ibnu Nurwanto - Sang Kayu (2024), yang berhasil menorehkan prestasi dengan masuk dalam nominasi Festival Film Indonesia (FFI). Tak hanya itu, Erick juga sempat pameran foto tunggal bertajuk Yang Tertinggal.
Tak hanya rilis dalam format trek, single debut Jimi Multhazam juga hadir dalam format video musik. Her Rachman kembali dipercaya oleh Jimi, sebagai sineas untuk menggarap video musik "Kilauanlara" setelah sebelumnya sempat menggarap beberapa proyek video musik untuk The Upstairs dan MORFEM.
Bagi Sobat Medcom yang penasaran dengan karya debut solo Jimi Multhazam, single "Kilauanlara" kini sudah dapat kalian dengarkan di berbagai platform musik digital.
(Basuki Rachmat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News