“Mendengar (lagu) 'Raja Taki' menggema di bukit Borovets, membuat sorak tepuk tangan penonton yang antusias dengan Raja Taki. Selepas manggung, kami naik ke atas untuk makan di salah satu restoran yang sudah di sediakan panitia. Seiring kami berjalan ke atas restoran itu, tepuk tangan tetap berlanjut sampai kami duduk di meja kami, bahkan salah satu dari personel, ada yang menangis karna terharu,” kisah Aloel, bassist Keubitbit.
Tantangan Keubitbit untuk dapat sampai di panggung ini tidak mudah. Mereka menghadapi persoalan biaya dan visa. Tetapi, Borovets memang telah menjadi takdir mereka.
Baca juga: Franki Raden: Musik Berbasis Tradisi telah Menjadi Movement |
“Kami mendapat undangan sejak 5 bulan yang lalu. Tetapi seiring berjalannya waktu, dengan keadaan finansial yang tidak begitu mendukung, butuh waktu sangat lama sampai kami bisa mengajukan visa. Keubitbit baru mengajukan visa itu tepat 1 minggu sebelum keberangkatan Bang, dan selesai tepat di tanggal 30 Juli, dimana malam itu juga kami langsung membeli tiket penerbangan,” beber Aloel.

Keubitbit menempuh jarak yang panjang, dari Jakarta-Singapura-Dubai-Instanbul, dan kemudian melanjutkan dengan perjalanan darat selama 10 jam untuk sampai di Borovets. Perjuangan mereka seperti terbayar lunas ketika mendapat apresiasi yang luar biasa dari para penonton.
“Yang menarik, pada sesi press conference, mereka banyak bertanya tentang Indonesia, mereka penasaran dengan budaya Indonesia, dan waktu itu banyak di hadiri oleh media media besar Bulgaria, yang memang menyempatkan waktunya untuk bertanya,” lanjut Aloel.
Keubitbit, grup musik etnik asal Aceh, dibentuk pada 2014 dengan membawa musik bernuansa pesisir. Grup ini beranggotakan Safrullah/Aloel (produser musik, bass), Indra Fahmi Hakim (drum), Raden Trio Ananda Bagus Prakoso (saksofon), Teuku Hariansyah/Apoen (perkusi Rapa’i & gendrang), Trinanda Imawan Wibisono (piano/keyboard), Hijruddin Marlin/Didin (gitar), Fahmi Arabi (vokal utama).
Keubitbit mengusung musik etnik dengan aransemen kontemporer yang terinspirasi dari berbagai jenis musik, mulai dari jazz sampai progresif. Pada 2020, mereka berhasil menjadi nominee Karya Produksi World Music Terbaik dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2020 lewat lagu berjudul "Saban Sabee."
Baca juga: Cara Agar Musik Berbasis Tradisi Bisa Lebih Relevan |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News