Bellacoustic, grup berbasis tradisi asal kota Palangkaraya, tampil di IMEX 2024 (Foto: Medcom/Shindu)
Bellacoustic, grup berbasis tradisi asal kota Palangkaraya, tampil di IMEX 2024 (Foto: Medcom/Shindu)

Franki Raden: Musik Berbasis Tradisi telah Menjadi Movement

Agustinus Shindu Alpito • 13 Mei 2024 17:01
Ubud: Dalam beberapa tahun terakhir, grup-grup musik berbasis tradisi bermunculan. Kekayaan kultural menjadi tambang emas bagi para musisi dalam menggali inspirasi. Adaptasinya pun beragam. Lorjhu' misal, mereka berangkat dari musik Madura yang dipresentasikan dengan pendekatan rock. Lorjhu' menyebut musiknya dengan istilah "Madurock."
 
Kemudian ada juga Lair dari Majalengka yang mengangkat kultur Pantura dengan selingkar problematika sosial yang menyelimutnya. Uniknya, Lair menggunakan instrumen dari genteng atau bentuk lain yang berbahan dasar tanah liat. Hal itu dipilih Lair untuk mengangkat nama Jatiwangi sebagai salah satu daerah produsen genteng yang melegenda.
 
Komposer dan etnomusikolog Franki Raden melihat fenomena grup-grup musik baru yang mulai mengangkat nilai tradisi ke bentuk presentasi karya yang lebih relevan sebagai sesuatu yang menggembirakan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Franki berupaya mendorong ekosistem industri musik berbasis tradisi melalui program Indonesian Music Expo (IMEX)
 
 
Baca juga: Tardigrada, Grup Musik asal Palu Angkat Isu Sastra Lisan Dadendate yang Hampir Punah 

 
"Aku pikir (banyaknya grup musik berbasis tradisi) ini sudah jadi movement. Kami (IMEX) ingin jadi muara dan komunitas musik berbasis tradisi, kami ingin membina mereka. Nantinya benar-benar jadi different kind of indie. Indie yang punya cultural roots. Jadi, kita punya selling point di pasar. Saya yakin secara global akan punya pengaruh, kami ingin benar-benar mematangkan mereka," kata Franki kepada Medcom.id saat ditemui di ajang IMEX 2024.
 
Tahun ini, IMEX membuka pendaftaran umum bagi grup-grup musik berbasis tradisi dari seluruh Indonesia. Ini merupakan komitmen IMEX untuk membangun ekosistem industri musik berbasis tradisi. Hasilnya, sebanyak 124 grup musik berbasis tradisi terjaring dalam proses Open Call, dan kemudian dikurasi oleh Dewan Kurator untuk dapat mengikuti serangkaian program IMEX. Grup-grup musik yang lolos antara lain Tardigrada yang mengangkat narasi punahnya sastra lisan Dadendate dari Donggala, Archa dari Ambon yang membawakan lagu dengan bahasa Tana yang juga hampir punah. 
 
Dari Sumatera, terdapat grup musik De Tradisi yang menggabungkan instrumen-instrumen etnik dari Toba dan Karo, dan Izhu Nisnoni yang memainkan sasando gong dari pulau Rote.
 
Sebanyak 15 grup tampil di IMEX 2024 yang digelar di Puri Lukisan, Ubud, Bali, pada 9-12 Mei. Para grup musik itu mendapat kesempatan untuk mengikuti sesi konferensi dan juga sesi temu dengan para pelaku industri musik global yang terdiri dari direktur festival musik, jurnalis, hingga agen musik. Diharapkan melalui acara ini terjadi hubungan keberlanjutan antar berbagai pihak dalam ekosistem industri musik.
 
Grup musik lain yang terpilih tampil di IMEX 2024 adalah Agustian Supriatna Trio (Bandar Lampung - Lampung), Damar ART (Banyuwangi-Jawa Timur), Kroncong Sejati (Kediri-Jawa Timur), Walk On Water (Pulau Nias-Sumatera Utara), DeKa (Bandung, Jawa Barat), Epo D'Fenomeno (Jayapura - Papua), Varnasvara (Jakarta), dan Bellacoustic (Palangkaraya - Kalimantan Tengah).
 
 
Baca juga: Bellacoustic Merekam Kebakaran Hutan Terparah di Kalteng lewat Lagu 

 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ASA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan