"Sasando Gong menggunakan pentatonik scale Rote, yaitu do-re-mi-so-la. Jadi terbatas pada scale itu. Kalau sasando yang sudah mengalami perkembangan, menggunakan pelarasan nada diatonis. Menurut saya itu karena pengaruh Belanda, setelah gereja masuk," jelas Izhu kepada Medcom.id.
Dalam penampilannya, Izhu membawakan empat lagu. Keseluruhan lagu itu terinspirasi dari kehidupan di pulau Rote. Lagu "Te'o Renda" misal, bercerita tentang ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih kala musim panen tiba.
Baca juga: Bellacoustic Merekam Kebakaran Hutan Terparah di Kalteng lewat Lagu |
Lagu lain yang menarik dibawakan Izhu Bersama grupnya adalah "Ofa Langga" atau dalam bahasa Indonesia berarti "Haluan Perahu." Lagu ini menceritakan penggalan sejarah yang tragis dari masyarakat Rote saat pendudukan Jepang.
"Kaum laki-laki dipaksa berlayar ke Kupang untuk kerja paksa. Mereka sedih karena meninggalkan istri, anak, dan keluarga. Lagu 'Ofa Langga' sebagai lagu kenangan di masa penjajahan."
"Lagu 'Ofa Langga' itu sendiri diciptakan pada tahun 1945 di Rote, tepatnya di Pelabuhan Pantai Baru pada masa penjajahan Jepang. Ketika mereka berkumpul di Pelabuhan Pantai Baru, sudah menanti kapal atau perahu yang akan membawa mereka ke Kupang. Kesedihan itu muncul tatkala mengingat kenangan bersama istri, anak dan sanak saudara yang ditinggalkan di kampung halaman," jelas Izhu.
Izhu Nisnoni menjadi satu dari 15 penampil dalam IMEX 2024. IMEX memiliki konsep berbeda dari pertunjukan musik pada umumnya. Acara ini mempertemukan para musisi berbasis tradisi dengan para pelaku industri musik global. Mulai dari label musik, direktur festival musik, jurnalis, hingga agen musik. Diharapkan melalui acara ini terjadi hubungan keberlanjutan antar berbagai pihak dalam ekosistem industri musik dengan muara membawa musisi-musisi Indonesia tampil di luar negeri.
Ajang musik berbasis tradisi ini resmi dibuka pada 9 Mei, dan akan berakhir pada 12 Mei 2024. Grup-grup berbasis tradisi lain yang terpilih tampil di IMEX 2024 antara lain Archa (Ambon-Maluku), Agustian Supriatna Trio (Bandar Lampung-Lampung), Damar ART (Banyuwangi-Jawa Timur), De Tradisi (Medan-Sumatera Utara), Bellacoustic (Palangkaraya), Kroncong Sejati (Kediri-Jawa Timur), DeKa (Bandung), Tardigrada (Palu-Sulawesi Tengah), Walk On Water (Pulau Nias-Sumatera Utara), dan Varnasvara (Jakarta).
Baca juga: Grup Etno-Progresif De Tradisi Sampaikan Pesan dari Sungai Binge |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News