Musisi berusia 53 tahun ini tidak hanya menuliskan tentang kesuksesan dan pencapaian besar dalam hidupnya, tetapi juga membahas masa-masa tersulit yang pernah ia alami. Salah satunya terjadi ketika Blink-182 sempat bubar sementara pada tahun 2005.
Momen itu menjadi titik terendah dalam hidup Hoppus hingga membuatnya sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
"Saat Blink bubar, aku merasa kehilangan segalanya. Aku kehilangan arah, kehilangan kepercayaan diri, dan kehilangan jati diriku sendiri," ungkap Hoppus dilansir dari PEOPLE.
Hoppus juga bercerita bahwa mendengar lagu-lagu Blink-182 di tempat umum justru membuatnya semakin sedih hingga memilih pergi meninggalkan tempat tersebut.
| baca juga: Mark Hoppus Lega Tom DeLonge Keluar dari Blink-182 |
Bahkan, ia mengakui sempat merasa nyaman dengan pikiran untuk bunuh diri karena merasa itu menjadi jalan keluar dari semua permasalahan.
"Aku semakin terpuruk. Aku tahu aku berada di titik paling bawah ketika mulai merasa tenang dengan pikiran untuk bunuh diri. Aku berpikir, 'Kalau keadaan semakin buruk, aku selalu bisa mengakhiri hidupku sendiri'," tulisnya dalam buku tersebut.
Namun, Hoppus berhasil bangkit dan melewati masa kelam itu dengan bantuan tenaga profesional. Ia memutuskan untuk berkonsultasi dengan psikiater dan menjalani pengobatan.
"Aku mulai berbicara dengan psikiater yang memberikanku obat. Itu sangat membantu. Obat itu memberiku ruang untuk bernapas dan memberi kesempatan dalam pikiranku sendiri untuk berkata, 'Kamu sedang keterlaluan, Mark. Berhenti sekarang'," jelas Hoppus.
Buku Fahrenheit-182 yang memuat kisah perjuangan hidup Mark Hoppus ini telah resmi dirilis dan sudah bisa dibeli oleh publik.
(Nithania Septianingsih)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
