Beberapa di antara mereka ada yang tertarik dari segi penggunaan bahasa serta yang lain menyukai alunan irama yang dihasilkan oleh pemusik tertentu.
Ketika melakukan sesi wawancara eksklusif dengan Medcom, para personel Padi Reborn menjawab satu per satu tentang pertanyaan ini. Dimulai dari drummer Surendro Prasetyo atau Yoyo yang tertarik dengan Sal Priadi dan Bernadya.
"Sal Priadi. Terus, Bernadya. (Lagu yang) ‘Untungnya.’ Itu orang Jawa banget. Mau kena musibah apa, tetap ‘Untungnya’. Kalau nggak beruntung, salah,” tutur Yoyo sambil bercanda.
Kemudian, vokalis Andi Fadly Arifuddin atau Fadly memilih band .Feast yang vokalisnya juga dikenal dengan nama panggung Hindia. Menurutnya, pemilihan diksi dalam setiap lirik lagu Hindia sangat lugas. Prestasi Hindia pun tidak kaleng-kaleng; mereka memenangkan kategori Album Terbaik pada gelaran Anugerah Musik Indonesia (AMI) tahun ini.
“Aku... itu Hindia atau .Feast, ya? ‘Cincin’ (dan) aku suka dengan ‘Nina’. Lugas juga. Gaya bahasanya bagus aku suka dan musiknya juga lebih straight forward, ya. Kalau kena, pasti kena aja. Tapi, yang secara musikal, secara model rekaman, pilihan model lagunya juga alternatif zaman ini,” ungkap Fadly.
Rindra Risyanto Noor selaku bassis Padi Reborn menyebutkan nama yang tidak konvensional. Ia lebih tertarik pada irama-irama dari supergrup ALI yang berisi tiga musisi: Arswandaru Cahyo, John Paul Patton/Coki (Kelompok Penerbang Roket), dan Absar Lebeh (The Sigit). Band ini terkenal dengan aliran habibi funk ala Timur Tengah yang mendorong pendengarnya untuk berjoget.
“Jujur, saya nggak ngikutin. Tapi saya suka ini, nggak tau ini musisi Gen Z atau apa. Band-nya namanya Ali. Musikal banget. Maksudnya, keren, lah, itu musiknya. (Mereka) lebih dikenal di luar. Dia banyak main instrumen tapi orang-orang joget gitu, loh. Danceable,” papar Rindra.
Selain Hindia, Ari Tri Sosianto sebagai gitaris mengaku suka dengan lagu-lagu Indonesia Timur. Meskipun ia tak mengetahui sebagian besar artinya, ia suka dengan irama dan vokal mereka. Gitaris ini memberikan contoh satu lagu, “Kaka Main Salah” yang dirilis tahun 2020.
“Hindia aku suka. Sama ini, lagu-lagu dari Timur itu yang saya suka sekarang. Enggak tau artinya, cuman enak aja. Beat-nya enak. Suaranya, tuh, enak-enak. (Contohnya) ‘Kaka Main Salah’,” tambah Ari.
Berbeda dengan empat personil lainnya, gitaris utama Padi, Satriyo Yudi Wahono alias Piyu tidak memiliki musisi Indonesia favorit dari generasi baru. Meski banyak nama-nama baru yang berseliweran di media sosialnya, ia tidak pernah terpikir untuk mengulik musikalitas mereka. Gitaris berusia 52 tahun itu mengaku hanya senang dengan lagu-lagu era 1970-an dan 1980-an.
“Aku nggak denger musik (baru), cuman tau. Karena kan seliweran di FYP dan segala macam. Sal Priadi tau, Bernadya tau. Tapi tidak pernah dengerin (untuk) ngulik itu. Taunya juga, kan, dari medsos,” akui Piyu.
Imbuhnya, “Karena aku dari dulu, mungkin temen-temen tau, aku memang seleranya lagu-lagu tahun 70-an, 80-an. Setiap hari aku dengerin soalnya. Setiap hari aku dengerin musik-musik itu sampai hari ini. Jadi, kalau misalnya aku juga, nih, lagi main gitar gitu buat konten, pasti lagu-lagunya (tahun) 80-an gitu, 70-an, 80-an.”
(Nyimas Ratu Intan Harleysha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News