Proyek ini pertama kali diperkenalkan ke publik dalam sebuah acara istimewa yang digelar di Urban Forest Cipete, Jakarta Selatan, pada Kamis, 17 Juli 2025.
Dalam acara tersebut, para pengunjung disuguhkan penampilan live musik intim dari Dere, sesi live painting oleh Popomangun di medium bus, hingga talkshow bertema “Seni sebagai Terapi”.
Dalam sesi penampilan live musik, Dere membawakan empat lagu dari album terbarunya Berbunga (2025), dimulai dengan lagu “Mawar” dan “Biru”.
Puncak acara pun ditandai dengan performa akustik unplugged lagu “Puspa”, yang diiringi proses live painting oleh seniman dan ilustrator Popomangun. Acara pun ditutup secara khidmat oleh Dere dengan penampilan salah satu lagu emosionalnya berjudul "Jona."
| Baca juga: Sabrina Carpenter Kenang Album Emails I Cant Send sebagai Titik Balik Karier |
Romansa Puspa Oh Puspa!
Dalam proyek ini, Popomangun menerjemahkan lagu "Puspa" yang merupakan trek terakhir di album Berbunga (2025) ke dalam visual yang ditampilkan dengan pendekatan artistik yang berani, ekspresif, dan penuh warna.
Lewat ilustrasi bunga peony berwarna pink, Popo menggambarkan esensi cinta yang dalam dan penuh gairah, selaras dengan pesan emosional yang dibawa dari lagu "Puspa".
Kolaborasi ini lahir dari proses komunikasi dua arah yang intens dan personal antara Dere dan Popo. Keduanya saling berbagi kisah dan emosi saat workshop dan proses kreatif, menjadikan hasil karya akhir Puspa Oh Puspa! sebagai proyek lintas medium yang bukan hanya artistik, tapi juga intim.
“Bunga peony pink itu salah satu bunga yang melambangkan rasa jatuh cinta yang sedalam-dalamnya. Aku senang banget bisa lihat hasil interpretasi Kak Popo terhadap lagu ini,” ungkap Dere.
Dere juga menceritakan bahwa lagu "Puspa" terinspirasi dari pengalaman romansa personal dirinya ketika jatuh cinta kepada sosok tak terduga.
"Pengalaman yang memantik itu adalah aku jatuh cinta sama orang yang aku tidak menduga aku bisa jatuh cinta sama satu sosok ini," ungkap Dere.
Berbeda dengan Dere, Popomangun pun memiliki perspektif romansa tersendiri dalam karya visualnya.
"Karena rasanya di saat itu aku juga sedang tidak ingin jatuh cinta. Aku kira juga aku sedang tidak bisa jatuh cinta. Tapi dia tiba-tiba datang dan buat aku jadi semangat untuk lebih produktif. Aku jadi pengen ketemu lebih banyak orang, mempelajari sudut pandang baru dan mencoba hal baru, hingga ingin kolaborasi yang akhirnya ketemu Kak Popo dan mulai kolaborasi ini," lanjutnya.
Namun, interpretasi Popomangun terhadap "Puspa" tidak hanya berhenti pada makna romansa antara pasangan.
"Menurutku, romansa itu berlapis, untuk Dere mungkin maknanya tentang cinta ke pasangan. Tapi buatku, sekarang romansa itu lebih ke tentang keluarga, anak, atau teman dekat," tambahnya.
"Aku juga jadi lebih mengulik lebih dalam perihal romansa ketika sudah berkeluarga. Jujur ada rasa kangen ketika ke pasangan bagaimana dan akhirnya jadi mundur kembali. Nah, romansa itu yang coba aku translate ulang untuk aku ilustrasikan, ketika sudut pandang Dere lalu kukembangan ke sudut pandangku," tutup Popomangun.
Rangkaian Puspa Oh Puspa! akan berlangsung di beberapa kota besar, yakni Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung dengan berbagai format unik yang mendorong interaksi lebih personal antara karya kolaborasi ini dan semua audiens.
(Basuki Rachmat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
