Selama di AS, Djaduk bertemu para master jazz dan banyak berdiskusi tentang esensi musik jazz itu sendiri. Bagi Djaduk, makna jazz itu sendiri sangat luas, bahkan menembus sekat-sekat musik dan kultur. Sampai pada suatu titik, Djaduk menganggap orang-orang Indonesia memiliki perilaku yang senada dengan esensi musik jazz.
"Indonesia itu jazz banget, tiap daerah punya kekayaan pukulan pola ritmenya, perilakunya, bukan hanya di panggung. This is the real jazz. Jazz itu ruang yang terbuka dan luas," kata Djaduk saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Rabu (26/11/2014).
Lebih jauh Djaduk memaparkan bahwa pola interaksi sosial antar manusia yang harmoni adalah bentuk dari esensi musik jazz dalam kadar yang tinggi.
"Dalam konteks perilaku, tentunya tidak berbicara tentang pamer teknik dalam bermain musik jazz. Jazz sendiri esensinya bagaimana memahami orang yang diajak ngomong dan kerjasama. Gotong royong itu jazz session banget," sambung Djaduk.
Pengalaman dan pemahaman Djaduk akan nilai musik jazz semakin dalam saat dia mencoba berkomunikasi dengan bahasa Jawa dengan orang berbahasa asing di kereta bawah tanah di New York. Meski bahasa yang digunakan berbeda, Djaduk mengaku dapat berkomunikasi dengan lancar berkat adanya pemahaman kode-kode yang muncul dari tubuh dan mampu diterjemahkan oleh lawan komunikasinya.
"Ranah jazz macam-macam alirannya, sampai yang palng tinggi itu perilaku. Pemahaman jazz di sana itu sudah sampai di tingkat perilaku, saling berbagi," ucap pria yang memiliki kumis tebal itu.
"Lihat orang-orang yang bermain musik tradisional, mereka sudah tidak dibebani teknik. Bermain musik secara lepas, menjadi sebuah perayaan," tutup Djaduk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
