Mini album ini merupakan hasil perenungan Bilal atas sejumlah momen penting yang ia alami dalam satu tahun terakhir, mulai dari perpisahan hingga peristiwa personal lainnya. Semua itu ia tuangkan menjadi lima trek yang merekam perasaan dan pemikiran terdalamnya.
Berbeda dari rilisan sebelumnya, kali ini Bilal mengusung pendekatan yang lebih senyap dan intim. Dua Dunia dikemas dengan format stripped down dan telanjang, dimana lebih mengedepankan sisi pesan dalam setiap lagunya dengan instrumen yang tidak terlalu ramai. Dalam proses kreatifnya, Bilal kembali menggandeng Lafa Pratomo sebagai produser untuk seluruh daftar putar dalam mini album ini.
Dari lima lagu yang terangkum dalam EP Dua Dunia, Bilal menulis sendiri empat di antaranya, yakini “Kaus Kaki Merah”, “Akhir Pekan yang Hilang”, “Tanya”, dan “Achir Maret” yang sebelumnya telah dirilis sebagai single pembuka pada bulan Maret lalu. Sementara satu lagu lainnya yang bertajuk “Bunga Kenangan di Bandung Utara”, merupakan ciptaan Lafa Pratomo.
baca juga: |
Menarariknya, dua dari lima nomor dalam EP ini merupakan lagu tribute untuk mendiang Ade Paloh (vokalis SORE), sosok yang memiliki peranan berarti bagi Bilal Indrajaya.
"Ada dua lagu di EP ini yang memang sudah sangat jelas merupakan lagu tribute untuk mendiang Ade Paloh, sebenarnya. Kenapa 'Kaos Kaki Merah'? Karena doi suka pake kaos kaki warna merah. Terus kenapa judulnya 'Achir Maret'? Karena nama beliau adalah Firza Achmar Paloh. Achmar tuh konon katanya singkatan dari akhir Maret, karena dia lahir di tanggal 29 Maret," ungkap Bilal saat jumpa pers di kawasan Jakarta pada Jumat, 16 Mei 2025.
Lebih lanjut, Bilal menyampaikan bahwa meskipun tidak semua lagu dalam EP ini secara eksplisit ditujukan sebagai tribute untuk Ade Paloh, benang merah emosional dari dua lagu tersebut justru menjadi fondasi lahirnya keseluruhan mini album Dua Dunia.
"Sebenernya nggak semua lagu memang direct tribute, cuma memang EP ini mungkin akhirnya tercipta setelah lagu-lagu 'Achir Maret' atau 'Kaos Kaki Merah' ini jadi. Dan berbarengan juga ada beberpa lagu yang sudah ada di draft yang gue rasa nyawanya mirip-mirip, vibes-nya, bunyi-bunyiannya dengan lagu yang dua pertama tadi," lanjutnya.
Meskipun mini album ini diciptakan oleh Bilal Indrajaya setelah momen-momen personalnya, Bilal ingin lagu-lagu dalam mini album ini juga bisa menjadi rumah bagi siapapun yang meresapinya. Pemilihan kata Dua Dunia sebagai judul, juga dapat dimaknai dalam beragam perspektif.
“Singkatnya, album ini memang menggambarkan situasi dua insan yang semestinya bisa mempunyai banyak kisah bersama namun semesta berkata sebaliknya. Tetapi, dalam setiap lagunya akan menghamparkan kisah-kisah yang berbeda. Dan kata 'Dua Dunia’ bisa mewakili beragam hal, mungkin perbedaan prinsip, perbedaan pendapat, perbedaan fase hidup atau apapun. Album ini akan banyak bercerita tentang pertanyaan, pemikiran, juga hal-hal yang ingin disampaikan setelah momen-momen itu," tutup Bilal Indrajaya.
Para penikmat karya Bilal Indrajaya mungkin tidak akan merasa asing dengan nuansa nomor-nomor pada mini album ini, meskipun seluruhnya dikemas secara khidmat dan tidak seramai materi dalam album Nelangsa Pasar Turi. Bilal merasa dalam setiap karyanya, harus mengedepankan rasa yang ingin disampaikan, dan inilah cara terbaik untuk menghantarkan lagu-lagu tersebut.
Bagi Sobat Medcom yang penasaran dengan karya terbaru Bilal Indrajaya, EP Dua Dunia sudah dapat kalian dengarkan di berbagai platform musik digital. Dirilis di bawah naungan Aksara Records, mini album ini menjadi ruang baru bagi Bilal dalam menyampaikan kisah dan rasa secara lebih intim dan jujur.
(Basuki Rachmat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News