Sudah beberapa bulan terakhir digaungkan bahwa Sucker Head akan menutup karier musik mereka dalam ajang Hammersonic 2017, yang digelar di Ecopark Ancol. Bagi mereka yang dekat dengan musik keras sejak era 1990-an, tentu tidak ingin melewatkan detik-detik bersejarah ini.
Mendeklarasikan berakhirnya suatu band adalah tindakan “jantan”, ketimbang membiarkan sebuah band tak jelas nasibnya atau menunggu "layu" dengan sendirinya.
Sucker Head mengalami dinamika pasang-surut sebagai band. Mereka adalah pionir musik cadas lokal yang turut memberikan andil dalam sejarah musik keras di negeri ini. Salah satu fase berat yang mereka alami adalah kehilangan Krisna J. Sadrach, bassist sekaligus vokalis.
Krisna sudah seperti ikon dari Sucker Head. Pada Agustus 2016, sang ikon berpulang setelah berjuang melawan kanker paru-paru. Melihat peristiwa ini, rasanya menutup perjalanan musikalitas mereka adalah hal logis. Peran Krisna dalam tubuh Sucker Head bisa dibilang vital.

(Foto: A. Shindu Alpito)
Tanpa Krisna, panggung terakhir Sucker Head melibatkan vokalis dan bassist tamu. Adalah Roy Jeconiah yang didaulat sebagai vokalis pengganti, dan Daeng Oktav yang mengisi lini bassist dalam panggung perpisahan itu.

(Foto: A. Shindu Alpito)
Dalam aksi panggungnya, Roy berkali-kali menyebut nama Krisna sebagai wujud penghormatan. "Teriak lebih kencang lagi untuk saudara kita Krisna Sadrach!" Pekik Roy.
Para penonton pun sangat larut dalam momen ini. Panggung tempat Sucker Head tampil dinamai Soul of Steel Stage Krisna J Sadrach. Krisna memang memiliki andil besar dalam berlangsungnya festival Hammersonic. Pada tahun lalu, Krisna masih menjabat sebagai Chief Operating Officer Hammersonic.

Penonton larut dalam penampilan Sucker Head. (Foto: A. Shindu Alpito)
Di bagian tengah panggung, tampak bass dan memorabilia Krisna dipajang - berupa kaus dan celana jeans. Seolah menyiratkan bahwa "Krisna" tetap hadir lewat semangat yang dibawakan teman-temannya.

(Foto: A. Shindu Alpito)
Pihak Hammersonic 2017 juga menobatkan Sucker Head sebagai penerima Hammersonic Lifetime Achievement Award 2017. Sucker Head dianggap memiliki pengaruh terhadap perkembangan musik keras di Indonesia dan melahirkan karya-karya yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain itu, panggung Sucker Head di Hammersonic juga sebagai perayaan rilis album terakhir mereka, Simphoni Kehidupan.
Album Simphoni Kehidupan bukan album yang dibuat untuk menambah drama perpisahan Sucker Head. Secara kebetulan, Sucker Head memang belum sempat merilis materi album itu.
Simphoni Kehidupan dibuat semasa Krisna hidup. Master rekaman album itu bahkan sudah berusia lima tahun, sebelum akhirnya dirilis. Master itu diwariskan oleh Krisna kepada istrinya, Anasthasia RY Sadrach, dan akhirnya dirilis.
Di Indonesia, cukup jarang kita mendengar sebuah band memutuskan secara berani untuk bubar. Bila Sucker Head di masa lalu membuka jalan tentang musik cadas di Indonesia, maka saat ini mereka memberi pelajaran bagi kita semua bahwa setiap perjalanan memang memiliki akhir.
Terimakasih, Sucker Head!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News