Lewat karya ini, Guruh Gipsy membuka jalan bagi estetika musik baru di Indonesia. Mereka menawarkan tafsir segar tentang bagaimana musik bisa bersifat kosmopolitan, namun tetap berakar pada budaya nusantara.
Eksperimen mereka menyilangkan musik progresif rock Barat dengan dentang gamelan Bali dan warna nusantara yang mengalun di setiap trek. Hasilnya? Karya musik dengan komposisi kompleks, kaya akan nilai budaya sekaligus sarat kritik sosial.
Proyek musik visioner ini digarap oleh Guruh Sukarno Putra sebagai komposer bersama band Gipsy, yang kala itu diperkuat oleh Chrisye (bass, vokal), Oding Nasution (gitar), Roni Harahap (piano), Abadi Soesman (keyboard, synthesizer), dan Keenan Nasution (drum, vokal). Dari sinilah nama Guruh Gipsy tercetus, menandai lahirnya salah satu tonggak sejarah musik Indonesia.
Meski begitu, sejak album bersejarah itu dirilis, Guruh Gipsy tak pernah tampil di atas panggung sejak merilis album legendaris mereka pada 1977. Kini setelah 48 tahun berlalu, formasi personel yang tersisa, yakni Guruh Sukarno Putra, Keenan Nasution dan Abadi Soesman akan kembali tampil live secara penuh di Synchronize Fest pada awal bulan Oktober 2025.
baca juga:
|
Dalam episode terbaru siniar Shindu's Scoop di kanal YouTube Medcom.id, para personel tersisa Guruh Gipsy merefleksikan perjalanan musikal mereka. Guruh Sukarno Putra menegaskan sejak awal, karya ini lahir dari kesadaran spiritual yang dalam.
"Kalau saya pribadi, dari kecil sudah merasa bahwa kita harus terbuka kesadaran spiritual kita tentang Tuhan. Jadi saya merasa yang kita temuin pada saat itu memang udah diarahkan gitu loh," ungkap Guruh Soekarno Putra.
Anak bungsu Presiden Soekarno ini juga menyinggung soal pesan perubahan yang mereka hampir lima dekade lalu. Menurutnya, meski kondisi Indonesia masih jauh dari harapan, album Guruh Gipsy (1977) tetap menjadi sumbangsih penting.
"Kalau aku kembali lagi ke Tuhan. Semua rencana itu Tuhan yang meridhoi. Jadi pokoknya yaudah, paling tidak kita sudah berbuat sesuatu yang kita persembahkan buat nusantara, negara, dan bangsa ini gitu loh," ujarnya.
Lebih jauh, Guruh pun mengaku bersyukur karya mereka kini tercatat dalam sejarah musik Tanah Air.
“Saya bahagia album ini bisa tercatat dalam sejarah, khususnya sebagai salah satu patokan atau landasan musik Indonesia,” lanjut Guruh.
Keenan Nasution pun menambahkan, dirinya bangga karena karya Guruh Gipsy kini tetap menjadi rujukan bagi generasi baru.
"Mungkin Allah meridhoi, pemikiran musik kita sudah lebih jauh ke depan (pada era 1970-an). Sampai musisi saat ini banyak yang heran mengatakan 'Kok bisa begini mainnya? Kok bisa begitu mainnya di zaman tahun 75 atau 76'," ujar Keenan Nasution sambil tertawa.
Abadi Soesman menutup dengan harapan agar karya lawas lintas zaman mereka bisa terus hidup di telinga pendengar musik masa kini.
"Kita bersyukur, ternyata masih ada yang mau mendengarkan Guruh Gipsy. Tema dan filosofi dari Guruh Gipsy itu kan adalah mengingatkan sebenarnya, yang ternyata saat ini justru malah sudah terjadi. Mudah-mudahan pendengar musik Tanah Air makin antusias mendengarkan kreasi kita," tutur Abadi Soesman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id