Kolintang adalah alat musik tradisional asal Minahasa, Sulawesi Utara, yang dibuat dari kayu Cempaka. Nada-nada yang diciptakan Kolintang sama seperti piano, yaitu diatonis, sehingga bisa mengiringi semua jenis lagu. Uniknya, untuk memainkan alat musik ini memerlukan minimal lima orang.
Namun sayang, alat musik tradisional ini banyak tidak diketahui masyarakat kita. Hal ini yang membuat hati Beiby Sumanti perih.
Sebagai orang Minahasa serta pendiri Sanggar Bapontar, ia merasa terpanggil untuk melestarikan kolintang. Tepat pada tahun 2002, ia memfokuskan sanggarnya untuk melestarikan Kolintang.
Kini Beiby bisa berbangga hati, pasalnya anak didik di Sanggar Bapontar pernah tampil di luar negeri, bahkan menjadi seorang pelatih kolintang.
"Saya bersyukur, karena itu grup-grup yang saya suka dipakai sama grup-grup lain. Bahkan dibawa-bawa keluar negeri," tutur Beiby kepada Metrotvnews.com di Galeri Indonesia Kaya (GIK), Jakarta, Kamis (11/9/2014).
Beiby melalui Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN), sudah mendaftarkan kolintang ke UNESCO. Ini ia lakukan agar alat musik tradisonal Minahasa ini tidak dikleim negara lain.
"Kalau ini sampai diakui di dunia pastinya kita perlu bangga, karena tidak gampang menggurus itu," ungkapnya.
Kedepannya Beiby akan melakukan edukasi budaya di sekolah-sekolah. Karena menurutnya, budaya merupakan tanggung jawab bersama, termasuk para pelajar sebagai generasi penerus.
"Rencananya membuat kolintang untuk diedarkan di sekolah-sekolah dasar," imbuhnya.
Penasaran dengan tayangan wawancara dengan pendiri Sanggar Bapontar ini, bisa menonton tayangan Idenesia di Metro TV, Kamis, 25 September 2014, pukul 22.30 WIB.
Selain itu, pagelaran musik dengan menggunakan kolintang juga akan dipertunjukkan di GIK pada Sabtu, 27 September 2014.(adv)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News